Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Minyak Dunia Capai Level Tertinggi sejak 2014

Kompas.com - 28/06/2018, 08:55 WIB
Mutia Fauzia,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber CNBC

WASHINGTON, KOMPAS.comHarga minyak dunia menyentuh level tertingginya sejak Novermber 2014 lalu pada pedagangan Rabu (27/6/2018) setelah terjadi penurunan stok minyak di Amerika Serikat secara drastis akibat adanya pengurangan pasokan besar-besaran dari Kanada.

Selain itu, pasar minyak juga mengkhawatirkan ekspor minyak Libya serta upaya pemerintah Trump untuk mengganggu ekspor minyak Iran.

West Texas Intermediate pada penutupan perdagangan Rabu (27/6/2018) diperdagangkan pada harga 72,26 dollar AS per barrel, meningkat 3,2 persen, atau 2,23 dollar AS per barrel. Sementara harga kontrak berjangka menyentuh 73 dollar AS per barrel. Harga ini merupakan yang tertinggi sejak November 2014 lalu.

Sementara itu, Brent diperdagangkan pada harga 77,72 dollar AS per barrel, meningkat 1,9 persen atau 1,41 dollar AS.

Stok minyak mentah AS, berdasarkan laporan US Energy Information Administration, anjlok 9,9 juta barrel dalam satu minggu, pada 22 Juni 2018 lalu. Padahal, analis sebelumnya memprediksi jumlah stok minyak AS hanya turun di kisaran 2,6 juta barrel, sementara data industri menunjukkan penurunan stok hingga 9,2 juta barrel.

Sebelumnya pada Selasa, (26/6/2018), harga minyak mentah AS sempat mengalami lonjakan sebesar 2,45 dollar AS per barrel setelah Kementerian Luar Negeri setempat mengumumkan kepada perusahaan-perusahaan yang mengimpor produk minyak Iran untuk menghentikan impor pada 4 November 2018 mendatang. Perusahaan yang tetap melakukan impor akan diberikan sanksi tegas oleh Pemerintah AS.

Selain itu, di Libya terjadinya sengketa antara pemerintah dan oposisinya menimbulkan ketidakjelasan pengurusan ekspor minyak negara. Meskipun pada Selasa lalu, pelabuhan perdagangan minyak di Hariga dan Zueitina tetap berjalan normal.

Adapun sebelumnya, Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) sepakat untuk meningkatkan produksi minyak pada Jumat (25/6/2018) lalu untuk menyeimbangkan permintaan minyak dalam perdagangan global.

Dikutip melalui CNBC, Arab Saudi bahkan berencana untuk menembus rekor produksi minyak sebesar 11 juta barrel per hari pada bulan Juli mendatang, setelah sebelumnya sempat menyentuh rekor 10,8 barrel per hari pada bulan Juni ini.

Sebelumnya, harga minyak sempat turun selepas Saudi mengumumkan akan meningkatkan output produksi minyak pada perdagangan Selasa lalu. Namun, harga segera melonjak selepas Trump menginformasikan larangan impor untuk minyak produksi Iran, dan meminta perusahaan-perusahaan yang membeli minyak Iran untuk memangkas impor mereka secara bertahap hingga November mendatang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Whats New
Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Whats New
IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com