Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonom: Jaga Stabilitas Rupiah, BI Perlu Naikkan Suku Bunga 50 Basis Poin

Kompas.com - 29/06/2018, 07:38 WIB
Mutia Fauzia,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Nilai mata uang rupiah terhadap dollar AS terus melemah. Per Kamis, (28/6/2018), kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menunjukkan rupiah berada pada posisi Rp 14.271 per dollar AS, melemah 0,76 persen dari hari Selasa (27/6/2018) lalu.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, rupiah berpotensi akan terus melemah dikisaran Rp 14.500 hingga Rp 14.700 per dollar AS hingga semester II tahun 2018 ini.

Menurutnya, untuk menjaga stabilitas rupiah, Bank Indonesia perlu untuk meningkatkan suku bunga hingga 50 basis poin dalam sekali Rapat Dewan Gubernur yang hasilnya akan diumumkan esok hari. Namun, ongkos yang harus dibayarkan untuk memulihkan kondisi rupiah ini tidaklah murah. Pertumbuhan ekonomi berpotensi merosot di bawah 5 persen.

"Mungkin BI perlu lakukan surprise interest rate policy alias naik sampai 50 bps sekali dalam RDG untuk pulihkan rupiah. Tapi harga yang dibayar ke sektor riil mahal sekali. Bisa anjlok di bawah 5 persen pertumbuhan ekonominya," ujar Bhima ketika dihubungi Kompas.com, Kamis (28/6/2018).

Lebih lanjut Bhima menjelaskan, pelemahan rupiah selain disebabkan tekanan global, yaitu perang dagang AS dan China serta ekspektasi kenaikan Fed Fund Rate hingga 4 kali tahun ini, data-data ekonomi dalam negeri juga berada di bawah ekspektasi pasar.

"Neraca perdagangan Mei kembali defisit di 1,52 miliar dollar AS, defisit transaksi berjalan melebar dan proyeksi pertumbuhan ekonomi 2018 di beberapa lembaga dikoreksi turun dan sulit tembus 5,4 persen," ujar Bhima.

Menurut dia, kondisi tersebutlah yang membuat pelaku pasar melakukan net sales atau aksi jual di bursa saham dan pasar surat utang, lantaran efek sinyal kenaikan bunga acuan sangat kecil dampaknya dan lebih bersifat temporer.

"Sehingga yang terpenting saat ini adalah pembenahan fundamental ekonomi karena problemnya di situ. Mulai dari daya beli, kinerja ekspor, defisit transaksi berjalan, dan sebagainya," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com