Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonom Peringatkan Meningkatnya Risiko Resesi

Kompas.com - 04/07/2018, 16:01 WIB
Mutia Fauzia,
Kurniasih Budi

Tim Redaksi

NEW YORK, KOMPAS.com - Perkembangan dunia perekonomian belakangan ini memunculkan risiko terhadap pertubuhan pertumbuhan ekonomi global. Risiko terjadinya resesi atau perlambatan pertumbuhan akan semakin meningkat tahun depan.

Pada 2017, pertumbuhan ekonomi global berada pada posisi 3,8 persen. Sementara pada tahun ini ditargetkan dapat mencapai 3,9 persen berdasarkan prediksi International Monetary Fund (IMF).

Konsultan keuangan Porta Advisors Beat Wittman mengatakan meningkatnya ketegangan dalam dunia perdagangan, serta berbagai isu geo politik lain yang sedang berekembang dapat mengancam target pertumbuhan ekonomi tahun ini.

"Risiko resesi global tahun 2019 ini dipastikan akan meningkat,” ujar dia, dikutip melalui cnbc.com, Rabu (4/7/2018)

Baca juga: Menakar Potensi Terjadinya Krisis Keuangan 10 Tahunan di 2018

Meskipun saat ini, kondisi perekonomian global sedang berada pada fase normalisasi. Namun, pada saat yang bersamaan juga harus berhadapan dengan eskalasi ketegangan perdagangan global, ditambah lagi dengan adanya Brexit (British Exit).

"Semua kondisi ini mengarah pada hilangnya kepercayaan terhadap investasi, dan investasi yang dimaksudkan benar-benar mengenai investasi di dunia ekonomi," ujar Wittman memperingatkan.

Beberapa bank sentral telah mengakhiri kebijakan-kebijakan era krisis mereka yang bersifat akomodatif, diindikasikan dengan The Federal Reserve (Bank Sentral Amerika Serikat) yang meningkatkan suku bunga mereka.

Pada saat yang bersamaan, AS juga telah menerapkan tarif baru terhadap rekanan dagang mereka, banyak negara yang dikenai tarif pun membalas AS dengan perlakuan yang sama.

Baca juga: China Balas Ancam Berlakukan Tarif Produk Energi dari Amerika Serikat

Ketegangan dalam dunia perdagangan akan terus berlanjut seiring dengan Eropa yang sedang menggodok kebijakan baru terkait tarif untuk sektor otomotif mereka.

Managing Director IMF Christine Lagarde mengatakan, risiko perekonomian global akan meningkat jika telah memasuki "Euro zone."

Wittman pun memperingatkan rencana ekspansi kebijakan fiskal AS yang dapat meningkatkan defisit pemerintahan mereka, serta dampak dari pemilihan umum beberapa pemimpin di dunia.

Dengan berbagai latar belakang kondisi global seperti saat ini, akan sangat sulit untuk dapat mendorong investor berinvestasi di pasar saham.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com