Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Investor Abaikan Isu Perang Dagang, Rupiah Berpotensi Menguat

Kompas.com - 10/07/2018, 10:26 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Nilai tukar rupiah diprediksi menguat karena melemahnya dillar AS. Perhatian investor akan tertuju pada data penjualan ritel Indonesia yang dijadwalkan rilis pada Rabu (11/7/2018) besok.

Chief Market Strategist FXTM Hussein Sayed mengatakan, jika data aktual lebih besar dari proyeksi pasar yaitu 4.4 persen, maka Rupiah berpotensi semakin menguat. Hal ini menunjukkan investor tak terpengaruh dengan isu perang dagang global.

"Ketegangan dagang mendominasi tajuk utama pekan lalu, namun investor Wall Street mengabaikan isu perang dagang dan menyambut gembira laporan lapangan kerja Amerika Serikat," ujar Hussein melalui keterangan tertulis, Selasa (10/7/2018).

Diketahui, sebanyak 213.000 lapangan kerja baru dibuka di ekonomi AS di bulan Juni. Angka tersebut jauh melampaui proyeksi sebelumnya, yakni 195.000.

Sementara itu, data Mei ditingkatkan dari 223.000 menjadi 244.000. Pertumbuhan upah sedikit lebih rendah dari ekspektasi 2,8 persen YoY yaitu 2,7 persen.

"Walau demikian, pertumbuhan lapangan kerja yang baik dan rendahnya inflasi upah adalah kombinasi positif untuk saham karena alasan sederhana," kata Hussein.

Ia menambahkan, pertumbuhan lapangan kerja yang baik mencerminkan kekuatan ekonomi. Inflasi upah yang rendah memberi fleksibilitas ekstra untuk Federal Reserve untuk memperketat kebijakan.

Meski begitu, keadaan positif bisa terhenti kapan saja jika investor yakin bahwa ketegangan dagang bergerak ke arah yang mengkhawatirkan. Sejauh ini, kata Hussein, AS telah memberlakukan tarif 34 miliar dollar untuk impor dari China.

Begitu pula China terhadap impor AS. Tahap ini jelas sudah terefleksikan pada harga. Meninjau kinerja saham Asia hari ini, Hussein menilai bahwa investor sepertinya tidak berpendapat bahwa perang dagang akan terjadi.

"Walau begitu, Presiden Trump sulit ditebak sehingga momentum naik ini sepertinya akan terbatas, terutama untuk saham siklikal, hingga ada kejelasan mengenai isu perdagangan," kata Hussein.

Di pasar FX, Indeks Dolar merosot ke level terendah sejak 14 Juni yaitu di bawah 94 karena pertumbuhan upah yang stagnan. Hussein mengatakan, trader perlu memantau rilis Indeks Harga Konsumen AS di hari Jumat yang diperkirakan akan meningkat 2,9 persen YoY yang merupakan peningkatan tahunan terbesar sejak Februari 2012.

Jika IHK melampaui acuan 3 persen, maka dollar berpotensi sangat menguat karena ini berarti Fed tidak memiliki pilihan selain semakin memperketat kebijakan.  

Sementara itu, harga minyak menguat di awal pekan ini walaupun jumlah sumur minyak aktif di AS meningkat sebanyak 5 buah pada pekan lalu. Hussein mengatakan, kicauan Trump di Twitter yang mendorong OPEC untuk meningkatkan produksi terbukti tidak terlalu berpengaruh untuk menurunkan harga minyak sejauh ini. Backwardation terus meningkat di kurva futures Brent dan WTI, merefleksikan ketatnya pasar minyak.

"Perhatian akan tertuju pada produksi OPEC bulan ini, terutama dari Arab Saudi, setelah Trump mendorong OPEC untuk mengambil langkah menurunkan harga minyak," kata Hussein.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Whats New
Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

Whats New
Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Whats New
Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Whats New
IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

Whats New
Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Whats New
BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

Whats New
Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Whats New
Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Whats New
Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Work Smart
Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Whats New
17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

Whats New
Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Rilis
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com