Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IMF: Perang Dagang Trump Bebani Perekonomian Global 430 Miliar Dollar AS

Kompas.com - 17/07/2018, 12:41 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

LONDON, KOMPAS.com - Dana Moneter Internasional (IMF) mengingatkan bahwa meningkatnya tensi perang dagang antara Amerika Serikat dengan negara lainnya dapat membebani perekonomian global sebesar 430 miliar dollar AS.

Sebagaimana dikutip dari The Guardian, intitusi keuangan internasional tersebut menyampaikan kecaman keras kepada Presiden AS Donald Trump. IMF menganggap ancaman AS terhadap dan mitra dagangnya, berisiko menurunkan pertumbuhan global sebesar 0,5 persen atau sekitar 430 miliar dollar AS akan hilang dari PDB dunia pada tahun 2020.

IMF menyebutkan, meski pun AS bisa mendapatkan keuntungan dari kebijakan Trump tersebut, namun dengan banyaknya negara yang terdampak, bisa membuat AS menjadi fokus pembalasan global. "Ini sangat rentan," sebutnya.

Dalam outlook ekonomi dunia yang  dikeluarkan Senin (16/7/2018),  IMF menyatakan terjadinya peningkatan risiko untuk ekonomi global. "Meski pertumbuhan dunia tetap kuat, namun ekspansinya berkurang dan risiko juga meningkat," kata IMF.

Baca juga: Perang Dagang, Pertumbuhan Ekonomi China Melambat

Di samping ancaman langsung pada tingkat perdagangan internasional yang melemah, IMF mengatakan bahwa proteksionis yang lebih besar dapat menghambat investasi bisnis, mengganggu rantai pasokan global, memperlambat penyebaran teknologi peningkatan produktivitas dan menaikkan harga barang-barang konsumsi.

IMF juga mengingatkan risiko The Fed yang bersiap menaikan suku bunga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com