Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

The Fed: Langkah Terbaik Ke Depan adalah Kembali Naikkan Suku Bunga

Kompas.com - 18/07/2018, 09:15 WIB
Mutia Fauzia,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber CNN Money

WASHINGTON, KOMPAS.com - Ketua Federal Reserve Jarome Powell pada Selasa (17/7/2018) waktu Amerika Serikat memberi pernyataan tegas, setidaknya untuk saat ini, The Fed berencana untuk kembali meningkatkan suku bunga tahun ini karena kondisi ekonomi AS yang dinilai cukup kuat.

"Cara terbaik ke depan adalah kembali meningkatkan federal funds rate secara bertahap," sebut Powell di depan Komite Perbankan Senat AS.

Kondisi ekonomi AS dinilai sangat sehat, sejak krisis keuangan. Angka pengangguran cukup rendah dan diprediksi akan terus turun. Pertumbuhan upah pun mulai meningkat. Selain itu, posisi inflasi saat ini akhirnya berada pada level yang dianggap sehat bagi perekonomian oleh The Fed.

"Tantangan kami adalah mempertahankannya di sana (target inflasi 2 persen)," ujar Powell.

Powell pun telah mencari keseimbangan dalam mengendalikan ekonomi. Jika dirinya meningkatkan suku bunga terlalu lambat, maka risikonya harga-harga akan melonjak terlalu cepat. Jika pihaknya menaikkan suku bunga terlalu cepat, maka kondisi ekonomi AS akan melemah.

The Fed pun telah meningkatkan suku bunga mereka sebanyak 2 kali tahun ini. Analis pun telah mengerucutkan prediksi mereka, bahwa The Fed akan kembali menaikkan suku bunga sebanyak 2 kali tahun ini, dan 3 kali lagi di tahun 2019 mendatang.

Sementara saat ini, bank sentral percaya ekonomi AS cukup kuat untuk tetap berada pada jalurnya.

Bagaimanapun, Powell merasa kesulitan dalam mengukur dampak meningkatkan ketegangan perdagangan terhadap perekonomian.

Kondisi perdagangan saat ini muncul sebagai faktor yang tidak pasti dalam rencana ke depan The Fed.

Pemerintah AS pun saat inisedang bersiap untuk kembali memberikan tarif untuk 200 miliar dollar AS produk China. Padahal sebelumnya, AS telah menerapkan 25 persen tarif untuk produk China senilai 34 miliar dollar AS.

"Tidak ada ketentuan tetap mengenai diskusi perdagangan yang begitu luas," ujar Powell.

"Sulit untuk mengetahui bagaimana ini akan berubah," lanjut dia.

Namun menurut Powell, tarif yang lebih rendah akan menjadi hal baik bagi ekonomi AS. Di sisi lain, tingginya tarif tidak hanya memberikan dampak buruk bagi perekonomian AS, tetapi juga pihak lain.

Secara historis, negara-negara yang mengadopsi langkah-langkah proteksionis dalam perdagangan mereka bernasib lebih buruk dibandingkan dengan negara-negara dengan kebijakan perdagangan bebas.

"Secara prinsip, perdagangan bebas itu bagus," sebut Powell.

"Kami tidak ingin negara-negara memiliki hambatan perdagangan, tarif akan menjadi penghalang perdagangan dua arah. Kami ingin memiliki sistem berbasis aturan internasional," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNN Money
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bagaimana Prospek IPO di Indonesia Tahun Ini Usia Pemilu?

Bagaimana Prospek IPO di Indonesia Tahun Ini Usia Pemilu?

Whats New
Harga Makanan Global Diperkirakan Turun, Konsumen Bakal Lega

Harga Makanan Global Diperkirakan Turun, Konsumen Bakal Lega

Whats New
Laba Bersih Astra Agro Lestari Turun 38,8 Persen, Soroti Dampak El Nino

Laba Bersih Astra Agro Lestari Turun 38,8 Persen, Soroti Dampak El Nino

Whats New
Naik, Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Batu Bara hingga Emas April 2024

Naik, Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Batu Bara hingga Emas April 2024

Whats New
Alasan Mandala Finance Tak Bagi Dividen untuk Tahun Buku 2023

Alasan Mandala Finance Tak Bagi Dividen untuk Tahun Buku 2023

Whats New
Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

Whats New
Heboh soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Heboh soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Whats New
KB Bank Targetkan Penyelesaian Perbaikan Kualitas Aset Tahun Ini

KB Bank Targetkan Penyelesaian Perbaikan Kualitas Aset Tahun Ini

Whats New
Astra Agro Lestari Sepakati Pembagian Dividen Rp 165 Per Saham

Astra Agro Lestari Sepakati Pembagian Dividen Rp 165 Per Saham

Whats New
Ditopang Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Diprediksi Semakin Moncer

Ditopang Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Diprediksi Semakin Moncer

Whats New
Survei: 69 Persen Perusahaan Indonesia Tak Rekrut Pegawai Baru untuk Hindari PHK

Survei: 69 Persen Perusahaan Indonesia Tak Rekrut Pegawai Baru untuk Hindari PHK

Work Smart
Heboh soal Kualifikasi Lowker KAI Dianggap Sulit, Berapa Potensi Gajinya?

Heboh soal Kualifikasi Lowker KAI Dianggap Sulit, Berapa Potensi Gajinya?

Whats New
Tantangan Menuju Kesetaraan Gender di Perusahaan pada Era Kartini Masa Kini

Tantangan Menuju Kesetaraan Gender di Perusahaan pada Era Kartini Masa Kini

Work Smart
Bantuan Pesantren dan Pendidikan Islam Kemenag Sudah Dibuka, Ini Daftarnya

Bantuan Pesantren dan Pendidikan Islam Kemenag Sudah Dibuka, Ini Daftarnya

Whats New
Tanggung Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh, KAI Minta Bantuan Pemerintah

Tanggung Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh, KAI Minta Bantuan Pemerintah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com