Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anggota DPR Ini Sebut Rokok Buat Orang Panjang Umur

Kompas.com - 23/07/2018, 19:00 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera,
Kurniasih Budi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Salah satu anggota Badan Anggaran DPR RI, Bambang Haryo Soekartono, mengusulkan agar besaran cukai rokok dalam RAPBN 2019 tidak terlalu tinggi.

Jika cukai rokok dinaikkan secara signifikan, Bambang khawatir akan mengganggu harga rokok yang dianggap sudah menjadi kebutuhan utama masyarakat pada umumnya.

"Rokok sudah jadi kebutuhan pokok masyarakat. Lebih baik merokok daripada makan. Kalau dinaikkan, akan menggerus harga kebutuhan pokok yang lain," kata Bambang saat rapat dengan pemerintah membahas realisasi APBN 2018 semester I dan prognosis semester II di DPR RI, Senin (23/7/2018).

Bambang mengakui pandangannya berlawanan dengan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan yang mengatur hal tersebut.

Baca juga: Kebijakan Simplifikasi Tarif Cukai Terus Dilakukan

Namun, dia berkeyakinan jika cukai rokok dinaikkan, dampaknya akan buruk bagi kegiatan ekonomi, mulai dari akar rumput sampai kelas industri.

"Berapa juta orang penjual rokok akan mati, pendapatan akan tergerus. Padahal pendapatan terbesar dari cukai rokok," ujar anggota DPR RI dari Fraksi Partai Gerindra itu.

Untuk itu, Bambang minta agar pemerintah mencari sumber penerimaan lain ketimbang menaikkan cukai rokok.

Bersamaan dengan usulnya ini, Bambang mengaku tidak memiliki hubungan dengan industri rokok, bahkan dirinya juga tidak merokok.

Baca juga: Serikat Pekerja: Rencana Kenaikan Tarif Cukai Ancam Industri Rokok

"Lagi pula merokok bisa menyebabkan umur panjang. Mbah Gotho, Pak Karno merokok, Pak Harto merokok, semuanya umur panjang," ujar Bambang.

Menanggapi usulan tersebut, pemerintah yang dalam rapat diwakili oleh Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Askolani menyebut akan menampung masukan tersebut dan dibahas secara komprehensif.

Keputusan menentukan besaran cukai rokok akan dilihat dari berbagai sisi, baik dari perekonomian hingga mempertimbangkan isu kesehatan serta pelaku kegiatan cukai ini, dari petani sampai level industri.

"Dana cukai tentunya jadi perhatian kami untuk dilihat secara komprehensif," kata Askolani.

Penerimaan cukai

Berdasarkan realisasi APBN 2018 hingga semester I, tercatat capaian penerimaan cukai sebesar Rp 50,96 triliun atau 32,79 persen dari target APBN tahun ini. Capaian tersebut tumbuh 15,02 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.

Capaian penerimaan cukai merupakan komponen yang tertinggi dari komponen penerimaan lainnya dalam realisasi semester I 2018.

Kontribusi paling besar yang menyumbang penerimaan cukai adalah dari Cukai Hasil Tembakau (CHT), yaitu sebesar Rp 48,50 triliun atau memenuhi 32,72 persen dari target APBN 2018.

Realisasi CHT semester I tumbuh 14,84 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com