Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Produktivitas Pekerja Indonesia Rendah, Ini Penyebabnya

Kompas.com - 29/07/2018, 06:49 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Produktivitas pekerja Indonesia saat ini dianggap belum maksimal. Di antara negara Asean, Indonesia menempati peringkat keempat di bawah Singapura, Malaysia dan Thailand.

Padahal, sebagai negara dengan penduduk terbanyak di Asia Tenggara, semestinya Indonesia bisa memanfaatkan hal tersebut sebagai kekuatan dalam pembangunan.

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Imelda Freddy mengatakan, salah satu penyebab rendahnya produktivitas pekerja Indonesia karena penguasaan bahasa asing yang terbatas.

"Padahal komunikasi secara verbal maupun non-verbal dalam dunia kerja kini sudah tidak dapat dilepaskan dari bahasa asing," ujar Imelda dalam keterangan tertulis, Sabtu (28/7/2018).

Imelda mengatakan, saat ini banyak alat atau mesin pabrik yang petunjuk pengoperasiannya menggunakan bahasa asing. Ketidakmampuan ini dapat menjadi penghambat bagi pekerja Indonesia untuk bekerja secara cepat dan efisien.

Untuk mengatasi masalah ini, mereka butuh pelatihan tersendiri untuk mengoperasikan peralatan tersebut. Namun, ternyata hal ini mendatangkan dampak yang kurang baik karena waktu pekerja habis untuk latihan.

"Perusahaan akhirnya harus mendatangkan pekerja asing yang memang memiliki kompetensi dalam mengoperasikan alat atau mesin tersebut," kata Imelda.

Dengan melihat permasalahan tersebut, pekerja dituntut meningkatkan kompetisi diri sebelum menyalahkan kehadiran tenaga kerja asing. Perusahaan tak mau ambil risiko dengan mempekerjakan pekerja yang tak memahami pengoperasian peralatan yang ada.

Imelda mengatakan, jika kompetensi pekerja Indonesia sudah semakin tinggi dan mampu menduduki posisi-posisi penting, tentu perusahaan tidak perlu susah-susah mendatangkan pekerja asing.

Selain menguasai bahasa asing, pekerja pun harus memiliki kompetensi yang memadai di bidang-bidang yang mendukung performa kerjanya.

Menurut Imelda, perusahaan harus konsisten memberikan berbagai pelatihan yang menyangkut peningkatan kapasitas pekerjanya. Selain pelatihan secara berkala, kehadiran pekerja asing juga harus dimanfaatkan untuk proses transfer ilmu untuk para pekerja Indonesia.

"Budaya kerja pun harus diperbaiki, salah satunya adalah menanamkan sikap disiplin dan budaya tepat waktu," kata Imelda.

"Hal ini sangat berkontribusi pada produktivitas kerja," lanjut dia.

Hal lain yang menjadi kendala para pekerja yakni masalah upah dan pemenuhan hak-hak pekerja. Indonesia masih dihadapkan pada masalah ketidakmerataan UMR atau UMP yang ditetapkan pemerintah daerah. Jika produktivitas tinggi hanya ditunjukan daerah di Pulau Jawa saja, masih ada 80 persen pekerja di Indonesia yang produktivitasnya cendrung rendah.

Menurut Imelda, permasalahan UMR atau UMP harus menjadi prioritas bersama antara pemerintah dengan pelaku usaha.

"Dengan menyelesaikan permasalahan upah, diharapkan para pekerja bisa berkonsentrasi lebih pada kompetensi dan keahliannya. Hal ini juga akan membawa dampak pada produktivitas dunia usaha," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kementerian PUPR Buka 26.319 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kementerian PUPR Buka 26.319 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

Whats New
Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Whats New
Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Whats New
Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Nestapa BUMN Indofarma, Sudah Disuntik APBN, tapi Rugi Terus

Nestapa BUMN Indofarma, Sudah Disuntik APBN, tapi Rugi Terus

Whats New
Tol Japek II Selatan Diyakini Jadi Solusi Kemacetan di KM 66

Tol Japek II Selatan Diyakini Jadi Solusi Kemacetan di KM 66

Whats New
Punya Gaji Tinggi, Simak Tugas Aktuaris di Industri Keuangan

Punya Gaji Tinggi, Simak Tugas Aktuaris di Industri Keuangan

Whats New
Nasib BUMN Indofarma: Rugi Terus hingga Belum Bayar Gaji Karyawan

Nasib BUMN Indofarma: Rugi Terus hingga Belum Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Pembatasan Pembelian Pertalite dan Elpiji 3 Kg Berpotensi Berlaku Juni 2024

Pembatasan Pembelian Pertalite dan Elpiji 3 Kg Berpotensi Berlaku Juni 2024

Whats New
OJK Sebut 12 Perusahaan Asuransi Belum Punya Aktuaris

OJK Sebut 12 Perusahaan Asuransi Belum Punya Aktuaris

Whats New
OJK Cabut Izin Usaha BPR Syariah Saka Dana Mulia di Kudus

OJK Cabut Izin Usaha BPR Syariah Saka Dana Mulia di Kudus

Whats New
Ada Indikasi TPPU lewat Kripto, Indodax Perketat Pengecekan Deposit

Ada Indikasi TPPU lewat Kripto, Indodax Perketat Pengecekan Deposit

Whats New
Produk Petrokimia Gresik Sponsori Tim Bola Voli Proliga 2024

Produk Petrokimia Gresik Sponsori Tim Bola Voli Proliga 2024

Whats New
OJK Sebut Perbankan Mampu Antisipasi Risiko Pelemahan Rupiah

OJK Sebut Perbankan Mampu Antisipasi Risiko Pelemahan Rupiah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com