Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belanja Pemerintah Tak Berdampak ke Sektor Produksi Domestik

Kompas.com - 08/08/2018, 14:47 WIB
Ridwan Aji Pitoko,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menyoroti peningkatan belanja pemerintah atau government expenditure selama kuartal II 2018.

Peneliti Indef Ahmad Heri Firdaus menyatakan, peningkatan belanja pemerintah yang mencapai 5,26 persen pada kuartal II 2018, naik hampir dua kali lipat dari kuartal I 2018 sama sekali tak berdampak sektor produksi.

"Belanja pemerintah yang tumbuh hampir dua kali lipat ternyata enggak kelihatan perannya pada stimulus untuk menggerakan sektor pdouksi, malah ke konsumsi sehingga sektor konsumsi yang justru tumbuh tinggi," kata Heri saat jumpa pers di kantornya, Jakarta, Rabu (8/8/2018).

Selama kuartal II 2018, sektor konsumsi rumah tangga tercatat sebesar 5,14 persen atau tertinggi sejak 2014. Sementara itu, sektor produktif dalam negeri, terutama sektor industri manufaktur nonmigas justru melorot dari 5,07 persen ke 4,41 persen.

Secara keseluruhan, pertumbuhan sektor industri anjlok hanya 3,9 persen pada kuartal II 2018.

"Artinya, dampak dari peningkatan belanja pemerintah hanya berdampak pada peningkatan konsumsi rumah tangga dari 4,95 persen pada kuartal I 2018 menjadi 5,14 persen pada kuartal II 2018. Itu termasuk ditopang oleh momentum Lebaran dengan adanya THR dan Pilkada," jelas Heri.

Di sisi lain, belanja pemerintah yang cukup besar itu justru hanya meningkatkan sektor perdagangan. Hal tersebut tentunya menimbulkan pertanyaan, lantaran sektor penghasil barang yang diperdagangkan atau industri pengolahan terjun bebas.

Pada kuartal II 2018, sektor perdagangan tumbuh 5,24 persen, lebih tinggi dari kuartal I 2018 (4,93 persen) dan kuartal II 2017 (3,47 persen).

"Meningkatnya sektor perdagangan yang diiringi dengan merosotnya pertumbuhan industri mencerminkan bahwa barang-barang yang diperdagangkan bukan didominasi produk domestik, melainkan lebih banyak barang impor," tutur Heri.

Pernyataan tersebut dibuktikan dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan pertumbuhan impor meningkat hingga 15,17 persen secara tahunan (yoy), sedangkan ekspor hanya meningkat 7,7 persen.

"Jadi kenaikan belanja ini hanya mendorong konsumsi dan impor. Jadi secara enggak langsung uang pemerintah untuk impor. Saran kami buat pemerintah agar meningkatkan ekspor, itu diperlukan upaya serius dengan meningkatkan pangsa ekspor dunia dan market share di pasar ekspor," tandas Heri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com