Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengusaha Sebut Biaya "Swap" Valas BI Masih Kemahalan

Kompas.com - 08/08/2018, 20:05 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

 

 

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengusaha menilai biaya swap valas yang ditetapkan Bank Indonesia masih memberatkan mereka.

Biaya swap valas jadi perhatian karena pemerintah sedang mengupayakan devisa hasil ekspor (DHE) kembali ke Indonesia dalam rangka menjaga ketahanan devisa serta mendorong perekonomian.

Swap merupakan transaksi pertukaran dua valas melalui pembelian tunai dengan penjualan kembali secara berjangka atau penjualan tunai dengan pembelian kembali secara berjangka.

Swap bermanfaat untuk mendapat kepastian kurs karena kurs yang dipakai bersifat tetap selama masa kontrak.

"(Biaya swap) 5 persen masih kemahalan. Kalau bisa ongkosnya jangan mahal-mahal," kata Ketua Gabungan Pengusaha Eksportir Indonesia (GPEI) Benny Soetrisno dalam acara diskusi di Hotel Milenium, Rabu (8/8/2018).

Menurut Benny, tidak ada ruginya menurunkan biaya swap valas karena manfaatnya adalah meningkatkan devisa untuk negara. Jika biaya swap terlalu mahal, justru akan membuat perusahaan rugi yang ujung-ujungnya terhambat dalam membayar pajak dan pemerintah juga yang dirugikan.

Biaya swap yang dikenakan BI saat ini sebesar 5 persen untuk tenor satu bulan dan 6 persen untuk jangka waktu enam bulan. Benny juga mengusulkan supaya ada peraturan fleksibel yang membedakan kewajiban perusahaan dalam membawa pulang DHE.

"Seharusnya eksportir berbahan baku sumber daya alam yang dikasih Tuhan ke kita, kayak tambang, harusnya diwajibkan (bawa pulang DHE). Tapi, kalau industri yang bahan bakunya impor, karena di dalam negeri tidak ada barangnya, dan mempekerjakan banyak pekerja, harusnya diringankan karena bahan bakunya dibikin," tutur Benny.

Perbedaan perlakuan itu dipandang penting karena pengusaha yang bahan bakunya sangat bergantung pada impor masih butuh valas untuk proses produksi dan kegiatan usaha mereka. Contoh industri yang bergantung pada bahan baku impor salah satunya manufaktur.

Sebelumnya, BI menjanjikan biaya swap valas akan lebih murah.

Dengan begitu, harapannya para eksportir bisa membawa pulang DHE mereka dan mengkonversi dari valas (umumnya dollar AS) ke rupiah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Masuknya Starlink Dikhawatirkan Ancam Bisnis Operator Lokal, Luhut: Semua Harus Berkompetisi

Masuknya Starlink Dikhawatirkan Ancam Bisnis Operator Lokal, Luhut: Semua Harus Berkompetisi

Whats New
OJK Bakal Bikin Ketentuan Tarif Premi Asuransi Kendaraan Listrik

OJK Bakal Bikin Ketentuan Tarif Premi Asuransi Kendaraan Listrik

Whats New
Eks Pejabatnya Ditahan KPK Kasus Pengadaan Lahan, PTPN Sebut Dukung Proses Hukum

Eks Pejabatnya Ditahan KPK Kasus Pengadaan Lahan, PTPN Sebut Dukung Proses Hukum

Whats New
Bahlil Ajak Investor Australia ke Weda Bay

Bahlil Ajak Investor Australia ke Weda Bay

Whats New
Yusuf Mansur Pastikan Tidak Ada Uang Nasabah yang Tertinggal di Paytren

Yusuf Mansur Pastikan Tidak Ada Uang Nasabah yang Tertinggal di Paytren

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Spend Smart
Bisnis Asuransi Tidak Normal, OJK Beri Peringatan Tegas untuk Pasaraya Life

Bisnis Asuransi Tidak Normal, OJK Beri Peringatan Tegas untuk Pasaraya Life

Whats New
Resmi, Neraca Dagang RI Surplus 4 Tahun Berturut-turut

Resmi, Neraca Dagang RI Surplus 4 Tahun Berturut-turut

Whats New
Strategi Medco Genjot Produksi Migas  dan Terapkan Transisi Energi

Strategi Medco Genjot Produksi Migas dan Terapkan Transisi Energi

Whats New
Daftar PSN Transportasi yang Sudah Rampung dan Masih Berjalan

Daftar PSN Transportasi yang Sudah Rampung dan Masih Berjalan

Whats New
72 Calon Masinis Whoosh Dilatih oleh Masinis Kereta Cepat dari China

72 Calon Masinis Whoosh Dilatih oleh Masinis Kereta Cepat dari China

Whats New
Konsisten Terapkan Sistem Manajemen Inovasi, Bank Mandiri Raih ISO 56002 Kitemark

Konsisten Terapkan Sistem Manajemen Inovasi, Bank Mandiri Raih ISO 56002 Kitemark

Whats New
Bank DKI Beri Fasilitas Kredit Kepemilikan Tempat Usaha di Pasar Sukasari Bogor

Bank DKI Beri Fasilitas Kredit Kepemilikan Tempat Usaha di Pasar Sukasari Bogor

Whats New
Menhub Ajak Investor Kembangkan Bandara Komodo

Menhub Ajak Investor Kembangkan Bandara Komodo

Whats New
Utang Luar Negeri Indonesia Turun jadi Rp 6.515,31 Triliun, Ini Penyebabnya

Utang Luar Negeri Indonesia Turun jadi Rp 6.515,31 Triliun, Ini Penyebabnya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com