Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekspor Harus Digenjot untuk Capai Target Pertumbuhan EKonomi

Kompas.com - 09/08/2018, 07:37 WIB
Ridwan Aji Pitoko,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menyarankan pemerintah agar mendorong industri yang berorientasi ekspor pada semester II 2018 guna meraih pertumbuhan ekonomi seperti yang ditargetkan dalam APBN.

"Bahwa ke depan kalau enggak mendorong industri, apalagi industri berorientasi ekspor akan sangat sulit untuk bisa mencapai target, katakanlah 5,4 persen seperti di APBN," kata Peneliti Indef Eko Listiyanto dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (8/8/2018).

Eko melanjutkan, secara matematis target pertumbuhan ekonomi tersebut bisa diraih. Namun, kondisi ekonomi pada kuartal III dan IV 2018 akan penuh tantangan sehingga pemerintah harus menyiapkan strategi agar dapat meraih target pertumbuhan ekonomi itu.

"Kalau tahun lalu kan tidak ada pengetatan moneter. Tahun ini ada pengetatan, ada stabilisasi istilahnya begitu, suku bunga naik, terus ada momentum tahun politik dan juga beberapa hal lain di global seperti perang dagang," jelas Eko.

Baca juga: Ini Usaha Pemerintah untuk Genjot Ekspor

Ketiga indikator ini yang kemudian dinilai Eko sangat berpengaruh terhadap upaya untuk bisa mendorong kuartal III lebih baik dari kuartal II.

Sayangnya, lanjut Eko, dalam lima tahun terakhir, secara data kuartalan dilihat bahwa kuartal II selalu menunjukkan pertumbuhan paling tinggi dibanding kuartal III dan kuartal IV.

"Makanya kita harap pemerintah bisa mengubah pola semacam ini dengan berbagai upaya yang dilakukan. Saran kami itu harus tetap menyentuh sektor industri dan juga sisi ekspornya serta bagaimana menggenjot ekspor atau minimal mengurangi impor tapi diganti oleh produk dalam negeri," tutur dia.

Pemerintah tak bisa terus menerus memperbesar sektor perdagangan yang tumbuh akibat impor, tetapi justru mengecilkan sektor industri pengolahan non-migas dalam negeri.

Pada kuartal II 2018, sektor produksi dalam negeri, terutama sektor industri manufaktur non migas justru melorot dari 5,07 persen ke 4,41 persen.

Sementara sektor perdagangan tumbuh 5,24 persen, lebih tinggi dari kuartal I 2018 (4,93 persen) dan kuartal II 2017 (3,47 persen).

"Meningkatnya sektor perdagangan yang diiringi dengan merosotnya pertumbuhan industri mencerminkan bahwa barang-barang yang diperdagangkan bukan didominasi produk domestik, melainkan lebih banyak barang impor," beber Eko.

Pernyataan tersebut dibuktikan dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan bahwa pertumbuhan impor meningkat hingga 15,17 persen (yoy), sedangkan ekspor hanya tumbuh 7,7 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

CKB Logistics Optimalkan Bisnis Melalui Kargo Udara

CKB Logistics Optimalkan Bisnis Melalui Kargo Udara

Whats New
Angkutan Lebaran 2024, Kemenhub Siapkan Sarana dan Prasarana Transportasi Umum

Angkutan Lebaran 2024, Kemenhub Siapkan Sarana dan Prasarana Transportasi Umum

Whats New
Reksadana Saham adalah Apa? Ini Pengertiannya

Reksadana Saham adalah Apa? Ini Pengertiannya

Work Smart
Menhub Imbau Maskapai Tak Jual Tiket Pesawat di Atas Tarif Batas Atas

Menhub Imbau Maskapai Tak Jual Tiket Pesawat di Atas Tarif Batas Atas

Whats New
Anak Usaha Kimia Farma Jadi Distributor Produk Cairan Infus Suryavena

Anak Usaha Kimia Farma Jadi Distributor Produk Cairan Infus Suryavena

Whats New
Cara Cek Formasi CPNS dan PPPK 2024 di SSCASN

Cara Cek Formasi CPNS dan PPPK 2024 di SSCASN

Whats New
Pertamina Patra Niaga Apresiasi Polisi Ungkap Kasus BBM Dicampur Air di SPBU

Pertamina Patra Niaga Apresiasi Polisi Ungkap Kasus BBM Dicampur Air di SPBU

Whats New
HMSP Tambah Kemitraan dengan Pengusaha Daerah di Karanganyar untuk Produksi SKT

HMSP Tambah Kemitraan dengan Pengusaha Daerah di Karanganyar untuk Produksi SKT

Whats New
BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

Work Smart
Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Whats New
Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com