MANADO, KOMPAS.com - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mendorong industri pertambangan untuk menggunakan Biodiesel 20 persen (B20) sebagai bahan baku.
Menurut Dirjen Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM Bambang Gatot Ariyono, penggunaan B20 yang diproduksi di dalam negeri akan menekan angka impor yang didominasi oleh bahan baku.
"Impor bahan bakar akan berkurang sehingga bisa membantu supaya terhadap dollar AS tidak melemah lagi," ujar Bambang di Manado, Kamis (23/8/2018).
Bambang mengakui bahwa penggunaan B20 memerlukan biaya pemeliharaan yang lebih tinggi. Namun, B20 akan lebih banyak menyerap produk nabati di dalam negeri sehingga berpengaruh pada neraca perdagangan yang selama ini kebanyakan defisit.
Baca juga: PLN Siap Beli 2,2 Juta Kiloliter B20
Apalagi, harga komoditas saat ini membaik sehingga Bambang yakin industri pertambangan masih mampu mrnggunakan biodiesel.
"Memang cost-nya naik sedikit. Saya kira naik sedikit tidak apa-apa untuk negara," kata Bambang.
Bambang mengatakan, fluktuasi nilai rupiah terhadap dollar AS terjadi karena tingginya angka impor. Oleh karena itu, ke depan harus diuoayakan bagaimana mrningkatkan penyerapan produksi di dalam negeri. Pemerintah mulai mrnginventarisir komoditas impor, mana yang sebenarnya bisa diproduksi di dalam negeri, dan mana yang mendesak untuk diimpor.
"Kalau benar-benar tidak ada (di dalam negeri), baru kita setujui," kata Bambang.
Bambang juga meminta Kementerian Perindustrian untuk memastikan betul bahwa komoditas yang akan dipakai sebagai bahan baku dalam negeri itu memenuhi syarat kualitas, kuantitas, dan harga terjangkau.
"Tolong industri seperti ini disediakan kualitas dan kuantitas yang memadai. Jangan sampai dia beli di dalam negeri lebih mahal daripada impor," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.