Tekanan terhadap Rupiah Bisa Terus Berlanjut

MANADO, KOMPAS.com - Nilai tukar rupiah melemah terhadap dollar AS pada hari ini, Jumat (24/8/2018). Bahkan, rupiah menembus level Rp 14.650 per dollar AS.

Kepala Divisi Asesmen Makroekonomi Bank Indonesia (BI) Fadjar Majadi mengungkapkan, pelemahan nilai tukar tidak hanya terjadi di Indonesia, namun juga di banyak negara di dunia. Tekanan terhadap mata uang pun diprediksi masih bisa terus berlanjut.

"Pelemahan nilai tukar masalah global dan tekanan masih bisa terus berlanjut," kata Fadjar pada acara pelatihan wartawan ekonomi BI di Manado, Jumat petang.

Meskipun demikian, imbuh Fadjar, bank sentral akan selalu berada di pasar agar rupiah tidak overshoot atau dalam hal ini melemah terlalu dalam. Selain itu, bank sentral pun menjaga daya tarik investor terhadap pasar keuangan domestik.

Selain terdampak kondisi eksternal, pelemahan rupiah juga disebabkan adanya defisit transaksi berjalan. Dari sisi struktural, perkembangan produk ekspor masih cenderung mengandalkan sumber daya alam.

Sementara itu, pada saat yang sama pertumbuhan industri terhadap produk domestik bruto (PDB) terus turun karena sektor jasa yang meningkat. Fadjar menuturkan, kemampuan sektor industri untuk ekspor dibandingkan dengan PDB menjadi lemah.

"Akhirnya impor lebih tinggi dari ekspor. Itu permasalahan internal, masalah struktural," tutur Fadjar.

Berdasarkan data Bloomberg, pada pembukaan perdagangan hari ini, mata uang Garuda bertengger pada level Rp 14.652 per dollar AS. Rupiah pun sempat bergerak ke level Rp 14.658 per dollar AS sebelum ditutup pada level Rp 14.648 per dollar AS.