Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Didorong Harga BBM, Inflasi 2019 Diramal 4,5 Persen

Kompas.com - 30/08/2018, 19:38 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Ekonom Bank Mandiri Anton H Gunawan memperkirakan salah satu tantangan kondisi ekonomi domestik tahun 2019 dari tingkat inflasi yang bisa mencapai 4,5 persen.

Besaran inflasi itu didapat dari kombinasi berbagai hal, dengan salah satu pendorong signifikan dari penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) oleh pemerintah. 

"Tahun ini kami perkirakan (inflasi) di 3,6 persen hingga akhir tahun. Tahun depan, kami perkirakan ke 4,5 persen, penggerak utamanya adalah pemerintah pusat harus adjust (menyesuaikan) harga BBM sebagian," kata Anton dalam Media Briefing di Plaza Mandiri, Kamis (30/8/2018).

Anton mengungkapkan, tingkat inflasi sampai saat ini memang relatif baik dan masih terjaga, yaitu pada kisaran 3,18 persen. Namun, dia menyebut sejak pertengahan tahun lalu, harga minyak naik dengan cepat yang menyebabkan inflasi di pedagang atau produsen langsung dirasakan.

Sementara inflasi di tingkat konsumen yang tercermin dalam Indeks Harga Konsumen (IHK) tidak terlalu tinggi. 

Hal itu dikarenakan kebijakan pemerintah yang tidak menaikkan harga BBM bersubsidi, premium dan solar, hingga akhir tahun dan keputusan produsen untuk tidak membebankan hal tersebut kepada konsumen sampai saat ini.

"Kenaikan harga bahan baku, entah karena depresiasi rupiah atau dari harga BBM yang tidak disubsidi, tidak bisa atau masih belum ditransfer ke konsumen. Sementara (dampaknya) masih diserap oleh pelaku usaha yang jadi mengurangi profit margin mereka. Pada titik tertentu, mau tidak mau harus dilakukan penyesuaian," tutur Anton.

Adapun tantangan lain yang perlu diperhatikan adalah dari kenaikan harga bahan pokok. Beberapa waktu belakangan ini, beberapa bahan pokok disebut Anton mulai merangkak naik meski belum terlalu signifikan.

Bahan pokok yang perlu jadi perhatian khususnya beras yang sering jadi bahan perdebatan karena perbedaan data antarkementerian dan lembaga terkait, berujung kekhawatiran kurangnya stok lalu harga di pasaran naik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com