Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kinerja Perdagangan Kurang Optimal Sebabkan Rupiah Anjlok

Kompas.com - 04/09/2018, 12:12 WIB
Mutia Fauzia,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

 

JAKARTA, KOMPAS.com - Pada hari ini, Selasa (4/9/2018) rupiah dibuka pada level Rp 14.822 per dollar AS berdasarkan data pasar spot Bloomberg. Jika dibandingkan dengan hari Senin (3/9/2018), nilai tukar rupiah ditutup pada level Rp 14.815 per dollar AS.

Angka tersebut melemah 105 poin atau 0,71 persen dibandingkan pada posisi pembukaan perdagangan, yakni Rp 14.745 per dollar AS.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, salah satu pemicu pelemahan rupiah selain faktor eksternal adalah kurang optimalnya perdagangan di dalam negeri. Neraca perdagangan yang terus defisit turut berkontribusi terhadap transaksi berjalan yang menembus 3 persen pada kuartal II 2018.

Menurutnya, dengan kondisi semacam ini mungkin saja rupiah bisa menembus batas psikologis Rp 15.000.

"Dari dalam negeri , neraca perdagangan terus mengalami defisit. Ini berimbas juga pada defisit transaksi berjalan yang menembus 3 persen pada kuartal II 2018. Artinya pelemahan rupiah diproyeksi akan berlanjut hingga tahun depan dan menembus batas psikologis Rp 15.000," jelas dia ketika dihubungi Kompas.com, Selasa (4/9/2018).

Direktur Riset Centre of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah mengatakan, gejolak global yang terus terjadi sekaligus tren penguatan dollar AS akan terjadi hingga tahun depan. Penguatan dollar AS pun terjadi terhadap mayoritas mata uang dunia, tidak hanya rupiah.

Sehingga, arus modal global akan menuju investasi dollar AS yang dianggap paling aman.

"Selama masih terjadi ketidakpastian di perekonomian global maka arus capital (modal) global akan menuju investasi yang paling aman yaitu dollar AS, sehingga dapat dipastikan dollar AS akan terus menguat," jelas dia.

Selanjutnya, mata uang negara-negara yang memiliki defisit transaksi berjalan (current account  deficit/CAD) akan terus tertekan.

Bhima menambahkan, tekanan krisis Turki dan Argentina yang merembet ke negara berkembang menimbulkan kekhawatiran para pelaku pasar global. Kondisi diperparah oleh rencana kenaikan suku bunga bank sentral AS Fed Fund Rate pada akhir September ini.

"Akibatnya investor melakukan flight to quality atau menghindari resiko dengan membeli aset berdenominasi dollar AS. Indikatornya US Dollar Index naik 0,13 persen ke level 95,2. Dollar index merupakan perbandingan kurs dolar AS dengan 6 mata uang lainnya," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com