Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Heryadi Silvianto
Dosen FIKOM UMN

Pengajar di FIKOM Universitas Multimedia Nusantara (UMN) dan praktisi kehumasan.

Atlet Asian Games, Jangan Lupa Menabung

Kompas.com - 09/09/2018, 14:09 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DI ISTANA Negara Jakarta pada Minggu (2/9/2018), Presiden Joko Widodo memenuhi janjinya mencairkan bonus bagi atlet dan pelatih sebelum kering keringatnya di Asian Games 2018.

Pemerintah mengklaim pemberian bonus itu merupakan yang tercepat dalam sejarah. Dalam kesempatan itu, Presiden secara simbolis menyerahkan buku tabungan berisi bonus kepada masing-masing atlet peraih medali emas, perak, dan perunggu.

Dalam gelaran Asian Games 2018 Indonesia total meraih 31 medali emas, 24 medali perak, dan 43 medali perunggu atau total 98 medali dan menduduki peringkat keempat negara peraih medali. Pencapaian tertinggi sepanjang keikutsertaan kontingen Indonesia dalam gelaran olahraga terbesar Asia empat tahunan tersebut.

Baca juga: Presiden Jokowi Serahkan Bonus bagi Peraih Medali Asian Games 2018

Pemerintah menggelontorkan total dana hampir Rp 210 miliar tidak hanya untuk para atlet dan pelatih yang meraih medali, tapi juga atlet Indonesia yang tidak merebut medali memperoleh bonus.

Atlet peraih medali emas diberikan bonus Rp 1,5 miliar secara penuh dengan pajak sudah ditanggung. Adapun untuk pasangan atau ganda mendapatkan Rp 1 miliar per orang dan Rp 750 juta per orang untuk beregu.

Khusus untuk peraih medali emas, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimulyono menyatakan akan membangunkan rumah tipe 36 dengan kisaran harga Rp 70 juta-100 juta.

Tidak cukup sampai di situ, sejumlah pemerintah daerah (pemda) tidak mau ketinggalan memberikan bonus bagi para atlet yang berasal dari daerahnya walaupun jumlahnya tidak sebesar pemerintah pusat.

Tercatat di antaranya Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, sudah menganggarkan bonus bagi para atlet yang berhasil meraih medali pada Asian Games 2018 senilai total Rp 21,4 miliar dalam rapat pembahasan Anggaran Penerimaan dan Belanja Daerah Perubahan (APBD-P) 2018 di Gedung DPRD DKI Jakarta, Selasa (28/8/2018).

Demikan juga dengan Bupati Garut Rudy Gunawan ketika diwawancara usai penyambutan atlet peraih medali emas di Garut, Senin (3/9/2018). Pemda Garut sudah menyiapkan bonus bagi para atlet peraih prestasi di Asian Games, meski besarannya belum bisa disebutkan lantaran ada mekanisme tersendiri.

Baca juga: Anies Baswedan Sudah Siapkan Bonus untuk Atlet Asian Games 2018

Tabungan masa depan

Di media sosial tersebar sejumlah foto buku tabungan yang mencantumkan jumlah uang yang diterima oleh para atlet, satu baris print yang bagi sebagian besar pemilik tabungan merupakan sesuatu yang langka.

Para atlet tersebut kini menjadi salah satu nasabah pemilik uang di atas satu hingga dua miliar. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat pada Maret 2018 ada 252.341.846 rekening dengan saldo berjumlah maksimal Rp 2 miliar.

Jumlah itu tumbuh 0,69 persen dibandingkan posisi pada Februari 2018 yang terdata 250.615.670 rekening.

Baca juga: LPS: Jumlah Rekening dengan Saldo di Atas Rp 2 Miliar Berkurang

Lazimnya sebuah prestasi maka akan mengundang gelombang apresiasi, namun sejarah selalu mencatat bahwa semua itu pasti ada lekangnya.

Terlebih bagi seorang atlet yang banyak mengandalkan potensi tubuh, pasti akan ada senjakala mereka harus menepi karena usia.

Tergantikan oleh yang lebih energik dan kompetitif. Sebuah hal lumrah sesungguhnya dalam hukum alam yang terjadi di hampir semua profesi.

Pemberian bonus bukan sesuatu yang baru dalam dunia olahraga, sudah sering dilakukan sejak lama baik di level nasional seperti Pekan Olahraga Nasional (PON) hingga event multinasional seperti Olimpiade.

Namun seringkali kita juga menemukan berita pilu, di mana para atlet nestapa di ujung kariernya setelah bergelimang harta dan popularitas. Ada yang jatuh sakit, terjebak kesulitan hidup hingga terlilit hutang.

Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia, namun juga secara global. Padahal beragam penghargaan pernah diraih dan bonus uang direngkuh semasa jaya. Selepas pensiun para atlet banyak yang jatuh miskin.

Baca juga: 7 Fakta Si Macan Asia, Rumah Hampir Roboh hingga Tak Punya BPJS

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com