Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Heryadi Silvianto
Dosen FIKOM UMN

Pengajar di FIKOM Universitas Multimedia Nusantara (UMN) dan praktisi kehumasan.

Atlet Asian Games, Jangan Lupa Menabung

Kompas.com - 09/09/2018, 14:09 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Majalah Time pernah menulis tentang 10 atlet sangat kaya yang kemudian dihantam kesusahan finansial dan beberapa diantaranya bangkrut.

Sebuah studi di Amerika Serikat (AS) yang dimuat di majalah Sports Illustrated pada 2009 pernah mengungkapkan sebuah data yang memperihatinkan. Sebanyak 78 persen pemain National Football League (NFL) atau liga untuk sepak bola khas Amerika Serikat bangkrut setelah dua tahun pensiun.

Kemudian, ada sekitar 60 persen pemain National Basketball Association (NBA) juga bangkrut setelah enam tahun pensiun.

Seluruh catatan ini tentu saja tidak bermaksud merusak kebahagian para atlet yang telah menyumbangkan medali, namun sesungguhnya diharapkan menjadi pengingat sederhana di pojok gemerlap lapangan dan sorot kamera.

Lavallee & Grove (1997) mengidentifikasi bahwa individu dengan identitas atletik yang tinggi pada saat pensiun lebih mungkin mengalami tingkat kesulitan penyesuaian emosional yang lebih tinggi.

Bill Cole seorang pelatih dengan kinerja paling terkenal di dunia dan telah bekerja dengan banyak atlet, menemukan mereka harus berjuang untuk mencapai masa pensiun mereka.

Salah satu faktor penting adalah rasa kehilangan yang mendalam dalam hidup mereka para atlet setelah menghabiskan hari-hari mereka yang penuh persaingan dan kompetisi.

Russ Hafferkamp pendiri and CEO of the Athlete Success Network and Managing Director and Co-Founder of Career Athletes LLC mendefinisikan itu sebagai tunnel vision syndrome, yakni situasi ketika para atlet sepanjang kariernya menghabiskan terlalu banyak waktu hanya memikirkan pelatihan, persaingan dan hasil, namun selepas pensiun tidak siap dalam perspektif yang seimbang meniti peluang karir di "dunia nyata".

Bagi sebagian atlet periode transisi ini akan dijalani dengan mulus dan tanpa insiden, tapi bagi banyak atlet lainnya situasi tersebut akan menjadi pengalaman yang membingungkan dan membuat frustrasi.

Fenomena psikologis tersebut memengaruhi banyak atlet dalam berbagai tingkat pada tahap karier mereka. Seringkali pelatih, orangtua, dan agen olahraga profesional dapat melihatnya. Namun, atlet tidak menyadari bahwa mereka menderita tunnel vision syndrome ini.


Menjaga asa atlet

Besarnya bonus yang diterima oleh Atlet Asian Games telah menyampaikan pesan besar kepada khalayak bahwa dengan kerja keras, fokus, dan kesungguhan maka prestasi yang gemilang akan diraih.

Demikian juga pujian dan decak kagum publik direngkuh. Namun tidak ada pesta yang tidak akan berakhir, para atlet harus pandai-pandai merencanakan masa depannya.

Langkah Pemerintah memberikan prioritas kesempatan bagi para atlet peraih medali Asian Games 2018 menjadi pegawai negeri sipil (PNS) patut diapresiasi, meski tentu saja itu bukan satu-satunya solusi yang ampuh menjamin masa depan seorang atlet.

Perlu ada mekanisme karier yang jauh lebih sistematis dan terencana bagi seorang atlet yang sebisa mungkin tidak menjauhkan dirinya dari profesi awal. Setidaknya sebagai pelatih atau official sejenisnya, sehingga diharapkan akan jauh lebih memberikan manfaat bagi pengembangan olahraga nasional.

Baca juga: Pemerintah Masih Mendata Atlet yang Ingin Jadi PNS

Selain itu, mendorong para atlet untuk secara cermat menggunakan uang bonus tentu bukan tindakan yang buruk. Semisal dengan disiplin menabung dan berinvestasi di sektor yang lebih produktif merupakan langkah bijak yang bisa dilakukan.

Mengatur secara bijak apa yang diraih hari ini tidak sekadar perkara yang konsumtif dan impulsif. Dalam llmu psikologi sikap impulsif melakukan sesuatu di luar rencana atau sebuah sikap yang tidak didukung alasan yang kuat dan pada umumnya tergolong irasional.

Selain itu, perlu pendampingan dan pengetahuan mengenai pentingnya perencanaan keuangan oleh para atlet dalam menunjang masa depannya.

Karena dalam banyak sebab, lemahnya manajemen keuangan dan perilaku yang konsumtif menjadi salah satu ‘pintu jebakan’ banyak atlet mengalami nasib yang buruk selepas pensiun.

Memang tidak ada yang bisa menebak arah nasib seseorang, namun merencanakan nasib baik tentu mutlak dilakukan oleh seorang atlet sekalipun.

Para atlet selain tekun dalam profesinya, perlu juga untuk tetap komitmen dalam meniti jenjang pendidikan. Suatu waktu nanti pendidikan tersebut dapat digunakan untuk menunjang masa depan mereka.

Terlebih saat ini mekanisme pendidikan tidak harus menempuh cara yang formal dan normal semata, cukup banyak cara yang bisa ditempuh sesuai dengan kesibukan atlet.

Pendidikan memang bukan segala-galanya, namun dari pendidikan semua bermula. Utamanya bagi seorang atlet sekalipun.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Saham Teknologi Tertekan, Wall Street Berakhir Mayoritas di Zona Merah

Saham Teknologi Tertekan, Wall Street Berakhir Mayoritas di Zona Merah

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 19 April 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 19 April 2024

Spend Smart
Bapanas Tugaskan ID Food Impor 20.000 Ton Bawang Putih Asal China

Bapanas Tugaskan ID Food Impor 20.000 Ton Bawang Putih Asal China

Whats New
Mata Uang Italia Sekarang dan Sebelum Gabung Uni Eropa

Mata Uang Italia Sekarang dan Sebelum Gabung Uni Eropa

Whats New
Satgas Pasti Temukan 100 Penipuan Bermodus Duplikasi Lembaga Keuangan

Satgas Pasti Temukan 100 Penipuan Bermodus Duplikasi Lembaga Keuangan

Whats New
Erick Thohir Minta BUMN Optimalisasi Pembelian Dollar AS, Ini Kata Menko Airlangga

Erick Thohir Minta BUMN Optimalisasi Pembelian Dollar AS, Ini Kata Menko Airlangga

Whats New
Pelemahan Rupiah Bakal Berdampak pada Harga Barang Impor sampai Beras

Pelemahan Rupiah Bakal Berdampak pada Harga Barang Impor sampai Beras

Whats New
Apa Mata Uang Brunei Darussalam dan Nilai Tukarnya ke Rupiah?

Apa Mata Uang Brunei Darussalam dan Nilai Tukarnya ke Rupiah?

Whats New
Posko Ditutup, Kemenaker Catat 965 Perusahaan Tunggak Bayar THR 2024

Posko Ditutup, Kemenaker Catat 965 Perusahaan Tunggak Bayar THR 2024

Whats New
Antisipasi El Nino, Kementan Dorong 4 Kabupaten Ini Percepatan Tanam Padi

Antisipasi El Nino, Kementan Dorong 4 Kabupaten Ini Percepatan Tanam Padi

Whats New
Laba RMKE Cetak Laba Bersih Rp 302,8 Miliar pada 2023

Laba RMKE Cetak Laba Bersih Rp 302,8 Miliar pada 2023

Whats New
Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Whats New
Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Whats New
Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Whats New
Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com