Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jalan Terjal Pengembang Lokal dalam Industri Game di Indonesia

Kompas.com - 17/09/2018, 21:16 WIB
Putri Syifa Nurfadilah,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Semakin maraknya gamers atau pemain game di Indonesia, membuat industri ini kian laris diminati. Dari tahun ke tahun nilai industri gim di Indonesia makin besar, hal tersebut membuat Indonesia ini jadi target pasar paling potensial untuk industri gim dunia.

Untuk pangsa pasar, pada tahun 2014 hanya 181 juta dollar AS. Namun berselang 3 tahun kemudian naik hingga 4 kali lipat menjadi 880 juta dollar AS di tahun 2017.

Namun demikian, pengembang lokal kalah telak dengan pengembang dari mancanegara karena hanya menyumbang 1 persen dari 880 juta dollar AS tersebut.

Salah satu pengembang lokal yang bersuara adalah Namaapa Studio, diwakili oleh Rizki. Studio gim yang berbasis di Jakarta ini mengungkapkan, jika pasar peminatnya justru bukan dari kalangan orang-orang Indonesia.

"Untuk pasar Indonesia, sebenarnya bukan target kita. Karena gim yang kita buat ini pasarnya sangat kecil di sini," ujar Rizki di Jakarta, Senin (17/9/2018).

Dia menjelaskan, di Indonesia ada 2 tipe pengembang, yakni pengembang yang bergantung kepada pasar serta pengembang yang mencari pasar sendiri atau indie. Kebanyakan, pengembang di Indonesia memang masih dalam kategori indie saat ini.

"Sedangkan pasar yang suka produk kita itu justru dari luar negeri," lanjut Rizki.

Sebagai salah satu pengembang lokal, dirinya tak bisa menyalahkan keinginan pasar game di Indonesia.

Senada dengan Rizki, Manager Operasional Asosiasi Game Indonesia (AGI) Jan Faris Majd pun mengatakan bahwa tantangan bagi mayoritas pengembang lokal tanah air ini karena banyak yang belum berbadan hukum dan belum matang dalam produk hasil gimnya.

"Ada banyak, sekitar 200 lebih yang seperti itu," tutur Jan dalam kesempatan yang sama.

Dia mengungkapkan, masyarakat Indonesia saat ini harus lebih terbuka mengenai industri game dalam negeri, agar hasil tangan-tangan kreatif pengembang lokal bisa diakui.

"Masyarakat kita sendiri belum mengerti bahwa kita itu mampu bikin gim, masih banyak orang-orang awam yang kaget jika orang Indonesia bisa buat game," jelas Jan.

Banyak hasil game anak bangsa ini menarik dan kondang di mata dunia. Namun, mirisnya di dalam negeri justru tantangan terbesar bagi mereka adalah mengubah pola pikir masyarakat dengan hasil produk anak negerinya.

Pasar gim Indonesia memang dikuasi oleh pengembang-pengembang dari mancanegara dengan gim-gim triple A-nya seperti Mobile Legend dan AOV. Sedangkan pengembang lokal saat ini masih banyak bergerak dalam kategori gim indie. Ke depan, Jan mengungkapkan akan ada satu pengembang lokal yang akan mengembang gim di level A.

"Akan ada satu pengembang yang saat ini sedang berusaha membuat (gim) level A. Walaupun belum sebagus pengembang mancanegara, tapi ini adalah sebuah kemajuan," tuturnya.

Saling Kolaborasi

Direktur Pengembangan Pasar Luar Negeri Badan Ekonomi Kratif (Bekraf) Bonifasius Wahyu Pudjianto mengatakan, keberadaan gim di Indonesia tak hanya soal komunitas atau barang pasaran semata tapi sudah menjelma menjadi industri.

"Bukan hanya dijadikan barang atau komunitas yang tidak hanya bisa di ekspor, tapi gim sendiri telah berkembang menjadi suatu industri di Indonesia," ujar Bonifasius.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com