Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China Bantah Tuduhan Telah "Melemahkan" Yuan

Kompas.com - 19/09/2018, 15:39 WIB
Mutia Fauzia,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

BEIJING, KOMPAS.com - China membantah tunduhan yang mengataka mereka dengan sengaja melemahkan mata uang yuan sabagai salah satu senjata untuk mendorong eksportir. Perdana Menteri China Li Keqiang pun mengatakan,  pihaknya tidak akan terlibat dalam berbagai bentuk kompetisi devaluasi nilai tukar.

Pernyataan tersebut diberikan pada Rabu (19/9/2018) sehari setelah China menerapkan tarif balasan sebesar 5 dan 10 persen untuk 60 miliar dollar AS produk impor Amerika Serikat.

Dalam pertemuan Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF) di Tianjin, Beijing, Li mengatakan Beijing tidak memanipulasi nilai tukar mereka sebagai salah satu senjata dalam perang dagang dengan AS.

Li membantah spekulasi yang muncul bahwa China dengan sengaja merekayasa depresiasi yuan hingga 8 persen sejak bulan Maret lalu untuk mengimbangi dampak tarif yang diberlakukan AS untuk produk impor China.

Baca juga: Apindo Sarankan Transaksi Perdagangan Gunakan Yuan China

"Beberapa pihak menyatakan China dengan sengaja (mendevaluasi yuan); ini tidak mendasar," ujar Li sebagai salah satu respon tak langsung menanggapi tuduhan Presiden AS Donald Trump mengenai manipulasi yuan oleh China.

Sebagai informasi, sebelumnya China telah membalas tarif baru yang diberlakukan AS untuk produk impor China, dengan memberikan bea impor untuk 60 miliar dollar AS produk Amerika. Ketegangan perang dagang di antara kedua negara raksasa ekonomi dunia itu pun semakin meningkat.

Besar tarif yang akan diberikan adalah 5 persen dan 10 persen, dan akan berlaku pada 24 September mendatang bersamaan dengan pemberlakukan bea impor baru untuk produk China oleh AS.

Tarif balasan yang dilakukan oleh Beijing ini terjadi setelah Presiden AS Donald Trump sebelumnya mengatakan bahwa AS akan mengenakan tarif sebesar 10 persen untuk 200 miliar dollar AS produk China mulai Senin, (24/9/2018) mendatang. Besar tarif ini pun dikatakan akan meningkat menjadi 25 persen di Januari 2019 nanti.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com