Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonomi Bagus, Kenapa Pemerintah Harus Jaga Persepsi Positif Investor?

Kompas.com - 19/09/2018, 17:22 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

 

 JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam mengantisipasi ketidakpastian kondisi perekonomian di global, pemerintah turut berupaya meyakinkan pelaku pasar bahwa Indonesia tidak sama dengan negara berkembang lain yang terdampak tekanan eksternal.

Hal ini dianggap penting karena meski berbagai indikator ekonomi dalam negeri menunjukkan penguatan, ada faktor lain yang tidak kalah penting harus dijaga, yaitu persepsi.

"Investor sekarang bukan berinvestasi berdasarkan negara, tapi lihat portofolio di negara-negara tersebut. Ketika satu atau dua dalam kelompok negara itu bermasalah, dianggap semua negara bermasalah, sehingga mereka kurangi porsi investasi di sana," kata Direktur Eksekutif Departemen Internasional Bank Indonesia (BI) Doddy Zulverdi saat diskusi di DPR RI, Rabu (19/9/2018).

Menurut Doddy, ketahanan ekonomi Indonesia sampai saat ini masih lebih baik dibanding sesama negara berkembang lain. Hal itu dapat dilihat salah satunya dari laporan pertumbuhan ekonomi kuartal II 2018 yang sebesar 5,27 persen.

Capaian ini merupakan yang tertinggi dari periode sebelum-sebelumnya, di mana kuartal I 2018 sebesar 5,06 persen dan pertumbuhan ekonomi tertinggi kedua sebelum kuartal II 2018 yaitu pada kuartal II 2016 sebesar 5,21 persen.

Selain itu, inflasi hingga akhir Agustus 2018 sebesar 3,2 persen, defisit transaksi berjalan (current account deficit) kuartal II 2018 adalah 3 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), dan kurs rupiah melemah 8,68 persen sampai 17 September 2018 (year to date/ytd).

Sementara negara berkembang lain dinilai masih lebih rentan dibanding Indonesia. Berdasarkan data dari Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Brasil mengalami pelemahan kurs mata uangnya 20 persen sampai saat ini dengan inflasi 4,19 persen per Agustus 2018 (year on year/yoy).

Sedangkan inflasi di Argentina 33,63 persen per Agustus 2018 (yoy) dan defisit transaksi berjalan mereka mencapai 4,8 persen terhadap PDB. Juga dengan Turki di mana inflasi Agustus 2018 sebesar 17,9 persen (yoy).

"Sehingga, solusi kebijakan yang dihasilkan, kita tidak bisa disamakan dengan negara emerging lain. Sehingga mereka (investor) tidak (langsung) menyamakan saja," tutur Doddy.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sudah mengingatkan akan pentingnya menjaga persepsi bahwa Indonesia berbeda dengan negara berkembang lain. Pemerintah dalam hal ini memastikan terus memberi sinyal kepada investor bahwa mereka tanggap dan terus menjaga kondisi ini serta membawanya ke arah yang lebih baik lewat bauran kebijakan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com