Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asia Tenggara Bisa Jadi 'Pemenang' Perang Dagang AS-China

Kompas.com - 19/09/2018, 22:11 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Editor

 
HONG KONG, KOMPAS.com - Perang dagang yang terjadi antara AS dan China dipandang bisa merugikan kedua negara. Akan tetapi, kalangan bisnis di Asia Tenggara dipandang malah bisa jadi pemenang sesungguhnya dalam perang dagang tersebut. 
 
Dikutip dari Bloomberg, Rabu (19/9/2018), kawasan tersebut menikmati gelombang pesanan dan produksi baru. Ini sejalan dengan langkah beragam perusahaan yang kembali mempertimbangkan kembali bisnis mereka di AS dan China karena ada perang dagang. 
 
Berdasarkan survei yang dilakukan AmCham China dan AmCham Shanghai, sekitar sepertiga dari sekira 430 perusahaan AS di China telah atau tengah mempertimbangkan untuk memindahkan kegiatan produksi mereka keluar dari China. Asia Tenggara merupakan destinasi yang jadi pilihan utama.
 
Produsen furnitur Vietnam Phu Tai Corp, misalnya, menargetkan peningkatan ekspor hingga 30 persen pada tahun ini dan tahun 2019. Phu Tai memasok produk furnitur rumah ke Wal-Mart Stores Inc di AS. 
 
Deputi Direktur Phu Tai, Nguyen Sy Hoe menyatakan, pihaknya akan menanam investasi sekitar 10 juta dollar AS untuk membangun dua pabrik baru di provinsi Binh Dinh. Tak hanya itu, Phu Tai juga akan meningkatkan produksi di dua pabrik lainnya di provinsi Dong Nai. 
 
"Kami melihat ini sebagai kesempatan besar untuk meningkatkan ekspor ke AS karena kami menerima lebih banyak pesanan dari pasar itu. Sejalan dengan perang dagang AS-China, banyak importir AS bergeser untuk membeli (produk) dari Vietnam," kata Hoe. 
 
Asia Tenggara merupakan magnet bagi pabrik-pabrik baru, didorong biaya produksi yang murah dan fasilitas manufaktur yang baik, serta pertumbuhan ekonomi yang solid. 
 
Negara-negara seperti Kamboja dan Vietnam dipandang lebih atraktif untuk produksi barang-barang konsumsi. Selain itu, perusahaan-perusahaan manufaktur elektronik dunia disebut pula tengah bersiap untuk memindahkan produksi dari China ke sejumlah negara, seperti Eropa Timur, Meksiko, dan Asia Tenggara. 
 
Sejumlah pelaku usaha di Thailand dan Malaysia pun melihat kesempatan yang sama seperti Vietnam. Mereka memandang dengan adanya perang dagang, produk-produk mereka bisa lebih kompetitif dibandingkan produk China. 
 
Ini berlaku tak hanya untuk produk sektor manufaktur. Sektor pertanian pun bisa bersaing dan memperoleh kesempatan yang sama lebarnya.
 
Di Indonesia, Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan (Kemendag) Karyanto Suprih menilai Indonesia bisa mendapat manfaat dari fenomena perang dagang antara AS dan China. Indonesia bisa memanfaatkan perang dagang ini untuk menggenjot ekspor produk ke dua negara tersebut.
 
"Kita harus siap mengambil peluang meningkatkan penetrasi ekspor di kedua negara tersebut," ujar Karyanto.

Adapun komoditas asal Indonesia yang bisa digenjot ekspornya ke kedua negara tersebut antara lain minyak sawit mentah, ikan dan buah-buahan.
 
"Untuk palm oil, dengan terhambatnya ekspor dari AS ke China, Indonesia berpeluang meningkatkan ekspor biodiesel ke China. Produk tekstil juga berpeluang, terutama ke AS," ucap dia.

\

 
 
 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com