Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Turki Ungkap Rencana Perangi Krisis Mata Uang

Kompas.com - 21/09/2018, 06:40 WIB
Mutia Fauzia,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

Sumber CNBC

ANKARA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Turki Berat Albayrak telah memangkas target pertumbuhan ekonomi dan berjanji untuk memotong belanja negara hingga 10 miliar dollar AS.

Upaya tersebut dilakukan untuk membangun kembali kepercayaan pasar yang tengah diambang kehancuran serta sebagai salah satu cara untuk keluar dari krisis mata uang.

Investor pun menyambut baik keputusan Albayrak yang menjabat sebagai Menteri Keuangan setelah ditunjuk oleh mertuanya, Presiden Recep Tayyip Erdogan untuk mengurangi proyeksi pertumbuhan ekonomi dari 3,8 persen di tahun 2018 menjadi 2,3 persen di tahun 2019. Sebelumnya, Turki menargetkan pertumbuhan ekonomi hingga 5,5 persen untuk 2 tahun berjalan ini.

Namun, beberapa pihak skeptis dengan kredibilitas proposal untuk mengurangi defisit anggaran menjadi 1,9 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) tahun ini dan 1,8 persen dari PDB pada 2019. Beberapa pun kecewa lantaran pemerintah tidak mendukung bank-bank Turki yang harus menghadapi kenaikan kredit macet.

Setelah pengumuman tersebut, mata uang lira pun sempat bergejolak, namun kembali diperdagangkan pada 6,25 lira per dollar AS, hampir persis dengan pembukaan perdagangan Kamis (20/9/2018) waktu setempat.

Adapun Turki sendiri telah kehilangan 40 persen dari nilai mata uang mereka terhadap dollar AS sejak awal tahun. Bulan lalu, Turki benar-benar jatuh dan haruas menghadapi krisis mata uang besar-besaran setelah berselisih dengan Presiden AS Donald Trump.

Hal tersebut pun menambah kekhawatiran investor terhadap keseimbangan ekonomi negara.

Anjloknya lira pun menyebabkan tertekannya banyak perusahaan Turki yang dibebani utang dalam mata uang asing. Krisis Turki pun menimbulkan keresahan di negara berkembang lain mengenai efek merambat yang lebih luas.

Investor juga khawatir dengan pengelolaan ekonomi negara di bawah kepemimpinan Erdogan. Sebab, Erdogan begitu anti terhadap suku bunga tinggi dan bersikeras bahwa tingginya pertumbuhan ekonomi merupakan prioritas.

Keputusan mengejutkan dari bank sentral setempat untuk tetap menaikkan suku bunga secara tajam dipandang sebagai tanda bahwa Ankara bersedia mengambil langkah untuk kembali membangun kepercayaan investori internasional.

Namun banyak ekonom memperkirakan Turki harus berhadapan dengan resesi tahun depan. Dipangkasnya target pertumbuhan ekonomi dipandang sebagai sebuah langkah penting.

"Program ekonomi baru didasarkan pada PDB dan asumsi inflasi yang lebih realistis," kata Alvaro Ortiz Vidal-Abarca, kepala ekonom untuk Turki di bank Spanyol BBVA.

Hal tersebut menurutnya menunjukkan pemerintah bersedia menerima pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah namun berkelanjutan.

Selain itu pemangkasan target pertumbuhan ekonomi juga dilihat sebgai sinyal positif bahwa Turki setidaknya mengakui bahwa ada masalah yang perlu mereka tangani.

Namun beberapa pihak mengaku kecewa lantaran tdak ada rincian yang lebih jelas mengenai pemangkasan belanja negara serta investasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNBC
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com