Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masalah Lemahnya Ekspor Indonesia Sudah Terjadi Puluhan Tahun Lalu...

Kompas.com - 26/09/2018, 21:42 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk David Sumual menyebutkan, lemahnya ekspor Indonesia merupakan masalah yang sudah terjadi sejak lama.

Ekspor yang lebih rendah dari impor menyebabkan neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit sepanjang tahun berjalan dan mencerminkan kinerja perekonomian yang kurang baik karena produktivitas rendah dan ketergantungan terhadap impor tinggi.

"Sejak tahun 1990-an, ekspor cenderung turun," kata David saat ditemui dalam diskusi di Hotel Ibis, Jakarta Pusat, Rabu (26/9/2018).

David menjelaskan, rasio ekspor terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada periode tersebut, yakni awal tahun 1990-an, sekitar 35 persen. Pertumbuhan ekspor sempat melonjak tinggi pada tahun 1997 dan 1998 mencapai 60 persen terhadap PDB, didorong oleh krisis ekonomi serta pelemahan nilai tukar rupiah mencapai Rp 15.000 dari yang sebelumnya Rp 2.300.

Baca juga: Ekspor Minyak AS ke China Bakal Terpukul Perang Dagang

Kini, ekspor justru lebih rendah, yaitu sekitar 20 persen terhadap PDB. Di satu sisi, ketika ada kenaikan ekspor, impor pun akan tumbuh lebih tinggi lagi karena porsi sebagian besar impor merupakan bahan baku dan barang modal yang digunakan untuk produksi oleh industri dalam negeri.

"Selama ini kenapa mineral diekspor mentah-mentah, padahal ada investasi besar. Saya perhatikan, dia bisa mengolah (bahan baku) sehingga value added lebih besar, ekspor lebih tinggi. Untuk bahan baku, kita memang masih lemah," tutur David.

Ekspor merupakan satu dari sekian pekerjaan rumah yang masih harus diselesaikan pemerintah. Meski begitu, secara keseluruhan David memandang fundamental ekonomi Indonesia masih baik, namun tetap harus waspada, terutama dari faktor eksternal.

"The Fed mungkin nanti malam menaikkan suku bunga. Perang dagangnya belum berakhir. Kemarin China menarik diri dari negosiasi dagang. Kemudian kita khawatir sanksi dari Amerika ke Iran, yang kemungkinan bisa dibalas dengan Iran. Itu bisa membuat lonjakan harga minyak," ujar David.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com