BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Schneider

Cerah, Masa Depan Industri Makanan dan Minuman di Indonesia

Kompas.com - 27/09/2018, 15:00 WIB
Haris Prahara,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Industri makanan dan minuman diproyeksi masih menjadi sektor andalan penopang pertumbuhan manufaktur dan ekonomi Indonesia.

Peran penting industri makanan dan minuman itu dapat dilihat dari besar kontribusinya terhadap produk domestik bruto (PDB) industri non-migas Tanah Air.

Kementerian Perindustrian mencatat, sumbangan industri makanan dan minuman kepada PDB industri non-migas dapat mencapai 34,95 persen pada triwulan III 2017 lalu.

Capaian tersebut mengalami kenaikan empat persen dibanding periode sama tahun sebelumnya.

Sementara itu, kontribusi industri makanan dan minuman terhadap PDB nasional sebesar 6,21 persen pada triwulan III 2017. Angka ini naik 3,85 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya.

Menyadari potensi pertumbuhan industri tersebut, pemerintah terus mendorong pelaku industri makanan dan minuman untuk memanfaatkan potensi pasar dalam negeri.

“Indonesia dengan jumlah penduduk sedikitnya 258 juta orang, menjadi pangsa pasar yang sangat menjanjikan bagi industri makanan dan minuman,” ungkap Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto seperti dikutip Kompas.com, Rabu (7/2/2018).

Sebagai informasi, besarnya potensi industri makanan dan minuman membuat sektor itu menjadi andalan pada program Making Indonesia 4.0.

Selain makanan dan minuman, agenda nasional dalam rangka menyambut era revolusi industri ke-4 itu ditopang oleh beberapa sektor industri, antara lain tekstil dan pakaian, otomotif, elektronik, dan kimia.

Menurut Airlangga, pelaku industri makanan dan minuman seyogianya turut adaptif terhadap perkembangan teknologi digital. Dengan begitu, diharapkan sektor itu bakal semakin mapan pada masa mendatang.

“Salah satu industri makanan dan minuman di Jawa Timur sudah ada yang menerapkan industri 4.0. Melalui pemanfaatan teknologi di era industri 4.0, seperti robotic, big data, dan 3D printing, dapat menurunkan biaya produksi,” imbuh Airlangga.

Prospek pertumbuhan bisnis makanan dan minuman di masa depan turut menjadi fokus pengembangan sejumlah pelaku industri manufaktur. Schneider Electric, misalnya.

Suasana pameran Innovation Summit Asia 2018 Schneider Electric, di Singapura, 19-21 September 2018KOMPAS.com/HARIS PRAHARA Suasana pameran Innovation Summit Asia 2018 Schneider Electric, di Singapura, 19-21 September 2018
Dalam ajang Innovation Summit Asia 2018, di Singapura, 19-21 September lalu, perusahaan asal Perancis itu memamerkan berbagai inovasi pendukung industri manufaktur, termasuk sektor makanan dan minuman.

Menurut Country President Schneider Electric Indonesia Xavier Denoly, industri makanan dan minuman Indonesia dimungkinkan akan semakin bersinar beberapa tahun ke depan.

“Karena itulah, teknologi EcoStruxure kami juga disiapkan untuk mampu mendukung industri makanan dan minuman,” ucapnya.

Asal tahu saja, EcoStruxure merupakan solusi manajemen energi berbasis digital yang dapat membantu operasional industri manufaktur, seperti pengolahan air, minyak dan gas, industri mesin, dan lain sebagainya.


Terkini Lainnya

Dukung Kemajuan Faskes, Hutama Karya Percepat Pembangunan RSUP Dr Sardjito dan RSUP Prof Ngoerah

Dukung Kemajuan Faskes, Hutama Karya Percepat Pembangunan RSUP Dr Sardjito dan RSUP Prof Ngoerah

Whats New
Bantuan Pangan Tahap 2, Bulog Mulai Salurkan Beras 10 Kg ke 269.000 KPM

Bantuan Pangan Tahap 2, Bulog Mulai Salurkan Beras 10 Kg ke 269.000 KPM

Whats New
Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

Whats New
Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

Whats New
Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Terus Meningkat Sepanjang 2024

Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Terus Meningkat Sepanjang 2024

Whats New
Hingga Maret 2024, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan ke UMKM Sebesar Rp 1,9 Triliun

Hingga Maret 2024, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan ke UMKM Sebesar Rp 1,9 Triliun

Whats New
Antisipasi El Nino, Mentan Amran Dorong Produksi Padi NTB Lewat Pompanisasi

Antisipasi El Nino, Mentan Amran Dorong Produksi Padi NTB Lewat Pompanisasi

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru pada Jumat 3 Mei 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru pada Jumat 3 Mei 2024

Spend Smart
Keberatan Penetapan Besaran Bea Masuk Barang Impor, Begini Cara Ajukan Keberatan ke Bea Cukai

Keberatan Penetapan Besaran Bea Masuk Barang Impor, Begini Cara Ajukan Keberatan ke Bea Cukai

Whats New
Ada Penyesuaian, Harga Tiket Kereta Go Show Naik per 1 Mei

Ada Penyesuaian, Harga Tiket Kereta Go Show Naik per 1 Mei

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Whats New
Melirik Potensi Bisnis Refraktori di Tengah Banjir Material Impor

Melirik Potensi Bisnis Refraktori di Tengah Banjir Material Impor

Whats New
IHSG Bergerak Tipis di Awal Sesi, Rupiah Bangkit

IHSG Bergerak Tipis di Awal Sesi, Rupiah Bangkit

Whats New
Harga Emas Terbaru 3 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 3 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Pertamina Geothermal Kantongi Laba Bersih Rp 759,84 Miliar per Kuartal I-2024

Pertamina Geothermal Kantongi Laba Bersih Rp 759,84 Miliar per Kuartal I-2024

Whats New
komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com