Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

OECD Kritik Stagnasi Upah di Negara Maju

Kompas.com - 28/09/2018, 08:46 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Editor

LONDON, KOMPAS.com - Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) memperingatkan bahwa kenaikan upah terjadi secara lambat untuk merefleksikan perkembangan terkini di pasar tenaga kerja. Kondisi ini terjadi di 35 negara industri yang menjadi anggota OECD.

Dikutip dari Deutsche Welle, Jumat (28/9/2018), para periset OECD mencatat bahwa tingkat pengangguran di sebagian besar negara anggota kini berada di bawah atau hampir mencapai level sebelum dimulainya krisis keuangan global tahun 2007-2008. 

"Tingkat pengangguran di antara negara-negara anggota diprediksi mencapai 5,3 persen pada akhir tahun 2018 dan 5,1 persen di tahun berikutnya," tulis OECD dalam laporannya.

Meskipun demikian, pertumbuhan upah nominal pada kuartal IV 2017 tercatat hanya mencapai 3,2 persen. Ini dibandingkan pertumbuhan sebesar 5,8 persen pada kuartal II tahun sebelumnya. 

OECD menyatakan, biasanya dalam skenario pengangguran rendah, tidak banyak pekerja bersaing untuk posisi yang lowong. Artinya, perusahaan kerap kali harus menaikkan upah untuk memikat karyawan potensial. 

Menurut OECD, stagnasi upah lebih berdampak kepada para pekerja bergaji rendah maupun menengah ketimbang yang bergaji tinggi. OECD juga memperingatkan bahwa perlambatan ini dapat memicu mengikis keyakinan publik. 

Para periset OECD menekankan bahwa perusahaan teknologi memberikan kontribusi cukup besar dalam menurunkan upah rata-rata di antara negara-negara anggota OECD. Mereka menyatakan, karyawan di perusahaan-perusahaan teknologi biasanya tidak memperoleh manfaat yang cukup dari lonjakan produktivitas, lantaran perusahaan teknologi lebih banyak memberikan manfaat kepada investor. 

OECD mendorong adanya sistem penawaran kolektif dan terkoordinir dengan mitra-mitra sosial dan lembaga mediasi yang kuat dan teregulasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Apa Itu Reksadana Pendapatan Tetap? Ini Arti, Keuntungan, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Pendapatan Tetap? Ini Arti, Keuntungan, dan Risikonya

Work Smart
BI Kerek Suku Bunga Acuan ke 6,25 Persen, Menko Airlangga: Sudah Pas..

BI Kerek Suku Bunga Acuan ke 6,25 Persen, Menko Airlangga: Sudah Pas..

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Rupiah Masih Melemah

Suku Bunga Acuan BI Naik, Rupiah Masih Melemah

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Kamis 25 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Kamis 25 April 2024

Spend Smart
SMGR Gunakan 559.000 Ton Bahan Bakar Alternatif untuk Operasional, Apa Manfaatnya?

SMGR Gunakan 559.000 Ton Bahan Bakar Alternatif untuk Operasional, Apa Manfaatnya?

Whats New
Harga Emas Terbaru 25 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 25 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Kamis 25 April 2024, Harga Cabai Rawit Merah Naik

Harga Bahan Pokok Kamis 25 April 2024, Harga Cabai Rawit Merah Naik

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Whats New
Harga Emas Dunia Melemah Seiring Meredanya Konflik Timur Tengah

Harga Emas Dunia Melemah Seiring Meredanya Konflik Timur Tengah

Whats New
IHSG dan Rupiah Melemah di Awal Sesi

IHSG dan Rupiah Melemah di Awal Sesi

Whats New
Terinspirasi Langkah Indonesia, Like-Minded Countries Suarakan Penundaan dan Perubahan Kebijakan EUDR

Terinspirasi Langkah Indonesia, Like-Minded Countries Suarakan Penundaan dan Perubahan Kebijakan EUDR

Whats New
Manfaat Rawat Inap Jadi Primadona Konsumen AXA Financial Indonesia

Manfaat Rawat Inap Jadi Primadona Konsumen AXA Financial Indonesia

Whats New
Kemenko Marves: Prabowo-Gibran Bakal Lanjutkan Proyek Kereta Cepat sampai Surabaya

Kemenko Marves: Prabowo-Gibran Bakal Lanjutkan Proyek Kereta Cepat sampai Surabaya

Whats New
Layani Angkutan Lebaran Perdana, Kereta Cepat Whoosh Angkut 222.309 Penumpang

Layani Angkutan Lebaran Perdana, Kereta Cepat Whoosh Angkut 222.309 Penumpang

Whats New
Laba Unilever Naik 3,1 Persen Menjadi Rp 1.4 Triliun pada Kuartal I-2024

Laba Unilever Naik 3,1 Persen Menjadi Rp 1.4 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com