Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Ketidakpastian Global, Pertumbuhan Asia Pasifik Masih Positif

Kompas.com - 04/10/2018, 12:49 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Laporan ekonomi Bank Dunia menyebutkan bahwa meski lingkungan eksternal kurang menguntungkan, namun prospek pertumbuhan negara-negara berkembang di Asia Timur dan Pasifik masih positif meski melambat.

Pertumbuhan negara-negara berkembang di wilayah tersebut tahun ini diperkirakan turun menjadi 6,3 persen dibandingkan 2017 lalu. Hal ini disebabkan modeng terus berlanjut dalam pertumbuhan Tiongkok karena kondisi ekonominya tengah melakukan penyeimbangan.

Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Kawasan Asia Timur dan Pasifik Sudhir Shetty mengatakan, dalam beberapa bulan terakhir, ada bebragai faktor gabungan yang memengaruhi perekonomian global seperti ketegangan perdagangan, suku bunga AS naik semakin tinggi, menguatnya nilai dollar AS, dan gejolak pasar uang di banyak negara berkembang yang menambah ketidakpastian prospek pertumbuhan kawasan.

"Dalam konteks naiknya risiko, ekonomi Asia Timur dan Pasifik yang sedang berkembang pelru memanfaatkan berbagai kebijakan makroekonomi dan struktural yang tersedia untuk meredam guncangan eksternal dan meningkatkan potensi tingkat pertumbuhan," ujar Shetty saat membacakan laporan Bank Dunia "Navigating Uncertainty" melalui video conference di Jakarta, Kamis (4/10/2018).

Laoran Bank Dunia menyatakan, pertumbuhan China diperkirakan melambat menjadi 6,5 persen pada 2018. Padahal, pada 2017, ekonomi China tumbuh lebih cepat dari yang diperkirakan. Sementara negara lainnya di wilayah Asia Timur dan Pasifik diperkirakan tetap stabil di level 5,3 persen hingga 2020.

Untuk Thailand dan Vietnam, pertumbuhannya diperkirakan kuat pada 2018 dan melambat pada 2019-2020. Hal ini disebabkan permintaan domestik yang lebih kuat hanya dapat mengimbangi ebagian moderasi pertumbuhan net ekspor.

Sementara pertumbuhan ekonomi Indonesia, menurut Bank Dunia, seharusnya tetap stabil berkat proyeksi naiknya investasi dan konsumsi swasta. Di Filipina, kemungkinan tahun ini pertumbuhannya akan melambat, namun penambahan investasi publik diharap akan membantu mendongkraknya dalam jangka menengah.

Pertumbuhan Malaysia diperkirakan juga melambat karena pertumbuhan ekspornya yang turut melambat. Untuk negara-negara di kawasan yang lebih kecil, kata Shetty, prospek pertumbuhannya tetap kuat, rata-rata lebih dari 6 persen di Kamboja, Laos, Mongolia, dan Myanmar dalam kurun 2018-2020.

"Integrasi regional dan global dari sebagian besar ekonomi di kawasan ini meningkatkan kerentanan mereka terhadap kejutan eksternal," kata Shetty.

"Risiko utama terhadap berlanjutnya pertumbuhan yang kuat termasuk eskalasi proteksionisme, peningkatan gejolak pasar keuangan, dan interaksi dengan kerentanan fiskal dan keuangan domestik," lanjut dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com