Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Luhut dan Sri Mulyani Bawa Gagasan Asuransi untuk Laut dan Terumbu Karang

Kompas.com - 07/10/2018, 22:37 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Maritim Luhut Binsar Panjaitan menekankan pentingnya menanam terumbu karang sebagai aset dunia di masa depan.

Menurut Luhut, karena sebanyak 27 persen terumbu karang di dunia terletak di wilayah perairan Indonesia, Indonesia harus menjaga potensi bahari tersebut.

"Yang ramai dibicarakan saat ini bagaimana pemerintah dan masyarakat dapat mengalihkan risiko kepada pihak ketiga untuk melindungi lingkungan laut. Yang artinya, mengasuransikan wilayah laut kita," ujar Luhut dalam acara penanaman terumbu karang di kawasan Nusa Dua, Bali, Minggu (7/10/2018), seperti dikutip dari keterangan tertulis.

Luhut bersama panitia IMF-World Bank Group yang turut menanam terumbu karang mengajak masyarakat internasional berinvestasi untuk menyelamatkan ekosistem.

Terumbu karang di kawasan Nusa Dua, lanjut Luhut, mencakup 204 hektar dari garis pantai yang merupakan bagian dari Program Taman Terumbu Karang Indonesia.

Taman tersebut menyatukan ilmu pengetahuan dan aspek-aspek sosial-ekonomi dari pengelolaan ekosistem terumbu karang untuk penggunaan berkelanjutan.

Di tempat ini pula beragam terumbu karang dari perairan Indonesia akan ditransplantasikan.

"Kami berharap dapat menciptakan akuarium laut skala besar yang unik," kata Luhut.

Asuransi

Dalam acara yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan bahwa kegiatan ini memberi ide baru baginya untuk memberi asuransi untuk ekosistem kita sebagai salah satu aset dunia.

Menurut dia, populasi terumbu karang akan terancam dengan aktivitas manusia di wilayah perairan tersebut.

"Kegiatan ini membuat saya berpikir bagaimana kalau kita membuat asuransi terhadap terumbu karang-terumbu karang ini. Kita akan diskusikan ini sebagai asuransi terhadap aset dunia karena terumbu karang ini bukan saja milik Indonesia," kata Sri Mulyani.

Sri Mulyani menambahkan, saat ini juga harus mulai dipikirkan bagaimana mengubah perilaku dan gaya hidup untuk tidak memperburuk keadaan terumbu karang tersebut.

The Nature Conservancy dan Pusat Pemantauan Konservasi Dunia (UNEP), melakukan studi yang menyatakan bahwa lebih dari 90 persen karang dunia akan lenyap pada tahun 2050.

Indonesia memiliki 27,95 persen dari total terumbu karang di dunia, dengan lebih dari 569 jenis karang. Inisiatif Terumbu Karang Internasional telah mendeklarasikan tahun 2018 sebagai “Tahun Internasional Terumbu Karang”.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bahan Pokok Sabtu 20 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Sabtu 20 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Aliran Modal Asing Keluar Rp 21,46 Triliun dari RI Pekan Ini

Aliran Modal Asing Keluar Rp 21,46 Triliun dari RI Pekan Ini

Whats New
Kementerian PUPR Buka 26.319 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kementerian PUPR Buka 26.319 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

Whats New
Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Whats New
Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Whats New
Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Nestapa BUMN Indofarma, Sudah Disuntik APBN, Masih Rugi

Nestapa BUMN Indofarma, Sudah Disuntik APBN, Masih Rugi

Whats New
Tol Japek II Selatan Diyakini Jadi Solusi Kemacetan di KM 66

Tol Japek II Selatan Diyakini Jadi Solusi Kemacetan di KM 66

Whats New
Punya Gaji Tinggi, Simak Tugas Aktuaris di Industri Keuangan

Punya Gaji Tinggi, Simak Tugas Aktuaris di Industri Keuangan

Whats New
Nasib BUMN Indofarma: Rugi Terus hingga Belum Bayar Gaji Karyawan

Nasib BUMN Indofarma: Rugi Terus hingga Belum Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Pembatasan Pembelian Pertalite dan Elpiji 3 Kg Berpotensi Berlaku Juni 2024

Pembatasan Pembelian Pertalite dan Elpiji 3 Kg Berpotensi Berlaku Juni 2024

Whats New
OJK Sebut 12 Perusahaan Asuransi Belum Punya Aktuaris

OJK Sebut 12 Perusahaan Asuransi Belum Punya Aktuaris

Whats New
OJK Cabut Izin Usaha BPR Syariah Saka Dana Mulia di Kudus

OJK Cabut Izin Usaha BPR Syariah Saka Dana Mulia di Kudus

Whats New
Ada Indikasi TPPU lewat Kripto, Indodax Perketat Pengecekan Deposit

Ada Indikasi TPPU lewat Kripto, Indodax Perketat Pengecekan Deposit

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com