Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS EKONOMI

Kementan Lepas Ekspor Perdana Nanas dan Pisang Karimun ke Singapura

Kompas.com - 20/10/2018, 23:00 WIB
Mikhael Gewati

Editor

KOMPAS.com - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman selalu mengarahkan agar kreatif meningkatkan produksi pangan berskala ekspor. Dengan begitu, upaya pemerintah meningkatkan kesejahteraan petani dan menambah devisa terwujud.

Untuk itu, Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Hortikultura melirik ekspor komoditas pangan yang selama ini telah dikembangkan petani di wilayah perbatasan Indonesia dengan Singapura. Salah satunya di Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau.

“Di wilayah perbatasan ini ada lahan pertanian potensial untuk budidaya nanas, pisang, durian, gambir, kelapa dan lainnya. Hasilnya berkualitas ekspor. Letaknya strategis untuk ekspor ke Singapura dan Malaysia. Sangat dekat 1,5 jam sampai Singapura,” demikian disampaikan Direktur Jenderal Hortikultura, Suwandi dalam keterangan resmi yang Kompas.com terima.

Suwandi mengatakan itu saat Launching Perdana ekspor nanas dan pisang mas di Pulau Kundur, Kabupaten Karimun, Sabtu (20/10/2018).

Kata dia, di Kabupaten Karimun luas perkebunan nanas mencapai 130 hektar (ha). Adapun besar ekspor perdana nanas dari daerah ini sebesar 10 ton per minggu dan ini. 

Suwandi menjelaskan, ekspor nanas dan pisang mas ini merupakan wujud tindak lanjut dari komitmen Agribusiness Working Group antara Indonesia Singapura.

Sebelumnya kedua belah pihak, baik Indonesia dan Singapura telah beberapa kali bertemu untuk menekankan kemudahan dan percepatan ekspor komoditas pangan Indonesia ke Singapura.

“Tentunya ekspor tidak hanya nanas dan pisang mas. Tapi komoditas lainnya buah dan sayuran lainnya segera menyusul ekspor buah,” jelasnya.

Menurutnya, kunci komoditas pangan mampu tembus pasar ekspor yakni ada pada kualitas dan aspek hilir.

Terkait hal ini Kementan pun bersinergi dengan Pemerintah Daerah Karimun, Perwakilan BI Kepulauan Riau, Pelaku Usaha dan Koperasi. Mereka bersama-sama memberi bimbingan teknik (bimtek), benih unggul, teknis budidaya kepada petani.

Lebih dari itu, mereka juga memfasilitasi packaging house untuk penanganan komoditas pasca panen sehingga memenuhi standar ekspor.

“Kunci keberhasilan ekspor lainnya yakni nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan produknya. Apabila nanas diolah menjadi produk enzim bromeolin, selai, keripik, dodol, konsentrat bahan industri, nanas kaleng, sirup dan lainnya, maka akan memberi nilai tambah dan menyejahterakan petani,” ujar Suwandi.

Sebagai informasi, pada 2017 total ekspor nanas Indonesia mencapai 210.026 ton. Dari jumlah tersebut 95 persen di antaranya dalam bentuk olahan. Indonesia sendiri adalah negara eksportir nanas, sehingga tidak ada impor nanas.

Suwandi menyebutkan ekspor nanas secara nasional berkontribusi 82 persen dari total ekspor buah. Nilai devisa dari nanas sekitar Rp 3,3 triliun.

Tercatat negara tujuan ekspor nanas Indonesia selama ini ke Jepang, Uni Emirate Arab, Korea Selatan, Arab Saudi, Hongkong, Singapura dan berbagai negara lainnya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com