Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terimbas AS, Bursa Saham Asia Berguguran

Kompas.com - 25/10/2018, 12:55 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Editor

Sumber Bloomberg

SINGAPURA, KOMPAS.com – Bursa saham Asia berguguran pada pekan ini, menyusul anjloknya indeks saham AS. Pada Kamis (25/10/2018), pelemahan indeks saham terus berlanjut.

Dikutip dari Bloomberg, indeks saham MSCI Asia Pacific anjlok 1,3 persen pada perdagangan sesi pertama di Hong Kong. Sejak Januari 2018, indeks ini menguat hingga 21 persen.

Sementara itu, indeks Topix Jepang merosot 2,5 persen menuju ke level terendah sejak September 2017. Adapun indeks saham Kospi Korea Selatan terpeleset 2,1 persen menuju zona bearish setelah rilis data pertumbuhan ekonomi Korea Selatan pada kuartal III 2018 lebih rendah dari proyeksi.

Anjloknya bursa Asia tersebut terjadi setelah indeks saham AS Nasdaq Composite Index ambrol 4,4 persen, penurunan paling tajam selama sehari sejak Agustus 2011. Adapun indeks Dow Jones Industrial Average dan S&P 500 Index juga terkoreksi cukup signifikan.

Ada beberapa alasan mengapa indeks saham Asia terperosok, yakni perang dagang AS-China, kekhawatiran tentang perlambatan pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan laba, anjloknya saham-saham teknologi, dan peningkatan kekhawatiran pengetatan kebijakan moneter bank sentral AS Federal Reserve.

Akan tetapi, pada pekan ini, kekhawatiran utama investor adalah penguatan dollar AS. Mata uang tersebut menguat hingga mencapai level tertinggi pada Rabu (24/10/2018) waktu setempat.

Dollar AS telah menguat sepanjang tahun ini dan lajunya pun kian cepat. Dana akan kembali ke AS dan membuat arus modal asing keluar dari negara-negara berkembang kian buruk untuk sepanjang tahun ini,” jelas Steven Leung, direktur eksekutif UOB Kay Hian di Hong Kong.

Penguatan dollar AS menyebabkan maraknya arus modal asing keluar dari pasar ekuitas Asia. Kondisi ini memaksa bank sentral menaikkan suku bunga, untuk melindungi nilai tukar mata uang yang merosot.

Akhirnya, kondisi ini menyebabkan pasar saham setempat semakin terhimpit, jelas Leung.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Bloomberg
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com