Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS EKONOMI

Beda dengan BPS, Kementan Sanggah Data Produksi Berasnya Palsu

Kompas.com - 25/10/2018, 14:05 WIB
Mikhael Gewati

Editor

KOMPAS.com - Direktur Serealia (sereal atau biji-bijian), Kementerian Pertanian (Kementan), Bambang Sugiharto menegaskan tidak sependapat dengan pandangan ahli dari IPB Andreas Dwi Santosa. 

Andreas mengatakan bahwa angka produksi beras yang disampaikan Kementan hanyalah angka-angka palsu, jauh dari kenyataan, dan hanya untuk menepati janji swasembada.

In fact data yang dirilis Kementan berbasis data dari Badan Pusat Statistik (BPS) juga. Dan gampang saja menguji validitas data produksi beras," ujar Bambang di Jakarta, dalam siaran resmi yang Kompas.com terima, Kamis (25/10/2018).

Lebih lanjut Bambang mencontohkan stok besar di pasar. Sampai saat ini beras masih tersedia melimpah dengan harga kisaran dari Rp 8000 per kilogram dan ini menunjukkan memang terjadi surplus beras.

"Saya itu setiap hari berangkat kerja dari Ciputat melewati empat kios beras, saya lihat stok beras selalu menumpuk,” tegas Bambang. 

BACA JUGA: FAO Sebut Produksi Padi Indonesia 2018 Lebih dari 72 Juta Ton

Ia kemudian mencurigai bila sejumlah pendapat ahli yang cenderung mempertanyakan sukses Kementan mewujudkan swasembada dan surplus beras memiliki tendensi non teknis.

“Terlihat ya pengamat pengamat itu saja yang selalu mengatakan data kami tidak valid, tidak benar, nyinyir tanpa solusi dan bukti,” geram Bambang.

Menurut Bambang, konon pengamat tersebut adalah barisan pengamat sakit hati. Mereka sering mengajukan proposal proyek ke Kementan, tapi tidak pernah mendapat anggaran.

Hal ini mungkin terjadi karena usulannya tidak masuk akal dan tidak applicable sehingga tidak feasible mendapat pembiayaan dari Kementan.

Data beras baru BPS

Di sisi lain, Bambang menyatakan Kementan menghargai upaya Wakil Presiden dan BPS untuk melakukan pembenahan terhadap data produksi beras.

Meski begitu, ia menyatakan agar sebaiknya tidak langsung menerima metode baru estimasi penghitungan BPS tersebut sebagai suatu kebenaran mutlak. Pasalnya, validitas metode tersebut tetap harus diuji.

Berdasarkan data BPS yang dihitung dengan metode baru, Indonesia mengalami surplus produksi beras tahun 2018 sebanyak 2,8 juta ton DOK Humas Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Berdasarkan data BPS yang dihitung dengan metode baru, Indonesia mengalami surplus produksi beras tahun 2018 sebanyak 2,8 juta ton
Menurut Bambang masih ada beberapa faktor kritis yang masih perlu diuji walaupun data dasar yang digunakan telah menggunakan teknologi satelit. Pertama, belum melihat deliniasi polygon lahan sawah yang dipetakan dan mencocokkan dengan kondsi lapangan.

“Kedua kami juga menilai ada hal yang kurang logis dari hasil perhitungan metode baru ini,” ujarnya.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com