Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hidup Pas-pasan dan Memahami Kemiskinan dari Perspektif Lain

Kompas.com - 26/10/2018, 10:18 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pembicaraan mengenai 90 persen lebih masyarakat Indonesia hidup pas-pasan diungkapkan calon presiden Prabowo Subianto, belum lama ini.

Meski tidak dijelaskan apa yang dimaksud hidup pas-pasan, pernyataan itu menimbulkan pertanyaan lain, seperti apa kehidupan orang yang berada di garis kemiskinan.

Badan Pusat Statistik (BPS) dalam sejumlah penelitian mendapati, orang miskin di Indonesia memiliki perilaku serupa dengan orang lain pada umumnya, yakni menabung. Perilaku menabung dimiliki karena pada dasarnya semua orang punya kebutuhan yang sama akan hidup, mulai dari pendidikan, kesehatan, sampai kebutuhan darurat ketika sakit atau ada yang meninggal.

"Penduduk yang paling miskin, meskipun mereka harus menggunakan uangnya untuk beli kebutuhan mendasar, seperti makanan, minuman, dan pakaian. Bagaimanapun juga, cara berpikir kita dengan cara berpikir mereka sama. Mereka selalu mencari kesempatan untuk menyisihkan sebagian uangnya, seberapa kecil pun," kata Kepala BPS Suhariyanto pada Kamis (25/10/2018).

Suhariyanto menjelaskan, cara orang miskin menabung juga sama dengan mereka yang berasal dari kalangan menengah ke atas.

Tabungan mereka berasal dari menyisihkan sebagian kecil dari penghasilannya hingga memberi reciprocal lending atau pinjaman yang bersifat timbal balik.

Maka dari itu, Suhariyanto berpesan agar jangan memandang rendah terhadap orang miskin. Mereka memiliki kesempatan yang sama dengan orang lain untuk sama-sama mengubah hidup jadi lebih baik di masa mendatang.

"Mereka butuh kesempatan mengubah hidupnya, melakukan sebuah investasi, seberapa kecilnya itu," tutur Suhariyanto.

Masalah mengentaskan kemiskinan sudah jadi agenda bersama negara-negara di dunia, melalui Sustainable Development Goals (SDGs) yang digadang oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Salah satu cara mengurangi kemiskinan adalah memberi kesempatan yang sama bagi seluruh warga di sebuah negara.

Lantas, bagaimana dengan di Indonesia?

Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi Ahmad Erani Yustika menuturkan pemerintahan Indonesia dari waktu ke waktu telah menerapkan prinsip tersebut melalui program-program dengan semangat pembangunan berkelanjutan.

"Program pengurangan kemiskinan jadi komitmen dari semua pemimpin negara. Makanya, dari waktu ke waktu, dari masa Orde Baru kemiskinan turun, ada angkanya. Pada masa awal reformasi, kemiskinan yang sempat meningkat, bisa diturunkan juga. Pada zaman Pak SBY juga, beliau menurunkan angka kemiskinan," ujar Erani.

Di era pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla, komitmen itu dilanjutkan dengan berbagai program yang bersifat pemerataan dan keadilan. Di antaranya Program Indonesia Pintar, Program Indonesia Sehat, Program Keluarga Harapan, Beras Sejahtera (Rastra) atau Bantuan Sosial Pangan, Bantuan Pangan Non Tunai, Program Dana Desa, serta Program Reforma Agraria dan Perhutanan Sosial.

Semua usaha para pemimpin negara membuahkan hasil yang dilihat dari angka kemiskinan per Maret 2018 sebesar 9,82 persen. Untuk pertama kalinya, angka kemiskinan di Indonesia ada pada single digit, sekaligus sebagai yang terendah dari tahun-tahun sebelumnya.

"Jadi, secara keseluruhan, kemiskinan yang sekarang pada level 9,82 persen itu merupakan keseluruhan komitmen para pemimpin negara kita," sebut Erani.

Meski begitu, Suhariyanto mengingatkan masih banyak PR yang perlu dilakukan pemerintah, baik yang sekarang maupun yang akan datang. Persentase penduduk miskin 9,82 persen itu mewakili 25,95 juta orang yang masih memerlukan bantuan untuk keluar dari lingkaran kemiskinan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, Bos BI: Untuk Memperkuat Stabilitas Rupiah

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, Bos BI: Untuk Memperkuat Stabilitas Rupiah

Whats New
KEJU Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

KEJU Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

Earn Smart
Program Gas Murah Dinilai ‘Jadi Beban’ Pemerintah di Tengah Konflik Geopolitik

Program Gas Murah Dinilai ‘Jadi Beban’ Pemerintah di Tengah Konflik Geopolitik

Whats New
Catatkan Kinerja Positif, Rukun Raharja Bukukan Laba Bersih 8 Juta Dollar AS pada Kuartal I-2024

Catatkan Kinerja Positif, Rukun Raharja Bukukan Laba Bersih 8 Juta Dollar AS pada Kuartal I-2024

Whats New
Luhut Sambangi PM Singapura, Bahas Kerja Sama Carbon Capture Storage dan Blue Food

Luhut Sambangi PM Singapura, Bahas Kerja Sama Carbon Capture Storage dan Blue Food

Whats New
Honda Prospect Motor Buka Lowongan Kerja, Cek Posisi dan Syaratnya

Honda Prospect Motor Buka Lowongan Kerja, Cek Posisi dan Syaratnya

Work Smart
Tahun Pertama Kepemimpinan Prabowo, Rasio Utang Pemerintah Ditarget Naik hingga 40 Persen

Tahun Pertama Kepemimpinan Prabowo, Rasio Utang Pemerintah Ditarget Naik hingga 40 Persen

Whats New
Revisi Aturan Impor Barang Bawaan dari Luar Negeri Bakal Selesai Pekan Ini

Revisi Aturan Impor Barang Bawaan dari Luar Negeri Bakal Selesai Pekan Ini

Whats New
Pacu Kontribusi Ekspor, Kemenperin Boyong 12 Industri Alsintan ke Maroko

Pacu Kontribusi Ekspor, Kemenperin Boyong 12 Industri Alsintan ke Maroko

Whats New
Uji Coba Bandara VVIP IKN Akan Dilakukan pada Juli 2024

Uji Coba Bandara VVIP IKN Akan Dilakukan pada Juli 2024

Whats New
Menteri Basuki Bakal Pindah ke IKN Juli 2024 dengan 2 Menteri Lain

Menteri Basuki Bakal Pindah ke IKN Juli 2024 dengan 2 Menteri Lain

Whats New
Harga Emas Dunia Stabil di Tengah Meredanya Konflik Timur Tengah

Harga Emas Dunia Stabil di Tengah Meredanya Konflik Timur Tengah

Whats New
Pemerintah Susun Rancangan Aturan Dana Abadi Pariwisata, untuk Apa?

Pemerintah Susun Rancangan Aturan Dana Abadi Pariwisata, untuk Apa?

Whats New
Soal Wajib Sertifikat Halal di Oktober, Kemenkop-UKM Minta Kemenag Permudah Layanan untuk UMKM

Soal Wajib Sertifikat Halal di Oktober, Kemenkop-UKM Minta Kemenag Permudah Layanan untuk UMKM

Whats New
Google Kembali Pecat Karyawan yang Protes Kerja Sama dengan Israel

Google Kembali Pecat Karyawan yang Protes Kerja Sama dengan Israel

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com