Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengusaha Ungkap Kesulitan Indonesia Terapkan Industri 4.0

Kompas.com - 01/11/2018, 06:55 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) Adhi S Lukman mengakui bahwa mewujudkan revolusi industri 4.0 di Indonesia bukan hal yang mudah. Ada sejumlah hambatan merintang yang harus segera dibereskan.

"Terdapat beberapa tantangan yang sebaiknya terus diawasi oleh para pelaku industri makanan dan minuman saat beradaptasi dengan Industri 4.0," ujar Adhi di Jakarta, Rabu (31/10/2018).

Pertama, kompetensi tenaga kerja untuk mengubah arah industri tersebut masih belum mumpuni. Kapasitas SDM yang masih rendah itu bisa dientaskan dengan penyesuaian kurikulum bagi pegawai.

Pemerintah pun kini berani memberi insentif kepada persusahaan yang menerapkan pendidikan vokasi bagi karyawannya.

Baca juga: Ini Hambatan Industri Makanan dan Minuman Terapkan Industri 4.0

Hambatan lainnya yaitu koneksi internet di Indonesia masih sangat payah. Adhi lantas membandingkannya dengan industri maju di Singapura yang hampir seluruh kegiatan di pabrik dilakukan oleh robot.

"Saya pernah kunjungi Tetra Pak di Singapura. Itu dari produksi hingga pengepakan itu tidak ada orang, semua komputer," kata Adhi.

Jika koneksinya lambat atau drop, maka kegiatan produksi bisa terganggu. Hal ini masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah untuk membenahi kualitas infrastruktur tersebut.

Ketiga, masih kurangnya provider teknologi di Indonesia. Padahal, produk yang ditawarkan provider teknologi dapat mempercepat proses produksi.

Beberapa industri di Indonesia, kata dia, sudah ingin menerapkan kecanggihan teknologi sebagaimana dilakukan Tetra Pak. Namun, harus mengantre karena keterbatasan provider.

Hal lainnya yang perlu dibenahi adalah keamanan data. Jangan sampai begitu teknologi ini diterapkan, namun datanya tidak terjamin keamanannya dan bocor.

"Kalau tidak, nanti orderannya bisa dibajak kan tidak aman," kata dia.

Yang terakhir adalah regulasi pemerintah harus mendukung supaya penerapan industri 4.0 bisa berjalan baik. Jangan sampai di tengah jalan, proses produksi terganjal regulasi. Salah satunya bagaimana memberi kemudahan impor barang modal yang tak tersedia di dalam negeri.

"Ini harus dipikirkan. Malau tidak, akan jadi hambatan. Kalau di hilir siap tapi hulu tidak mendukung, ya tidak bisa jalan," kata Adhi.

Adhi mengatakan, sebenarnya beberapa perusahaan di Indoensia sudah mulai menyesuaikan diri untuk masuk ke revolusi industri. Namun, ia mengakui belum ada yang sepenuhnya terdigitalisasi dan mengandalkan teknologi.

"Mereka sudah membuat parsial di pabrik, gudang, sales, tapi belum sampai terintegrasi semua," kata Adhi.

"Saya yakin kalau ini semua bisa diterapkan, pertumbuhannya akan bagus di atas 10 persen," lanjut dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com