Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rupiah Fluktuatif, Reksa Dana Saham Bisa Dilirik

Kompas.com - 05/11/2018, 12:16 WIB
Putri Syifa Nurfadilah,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Memasuki kuartal IV tahun 2018, kondisi makro ekonomi Indonesia berada pada masa yang cukup menantang. Nilai tukar rupiah melemah ke angka Rp 15.200 per dollar AS atau melemah lebih dari 10 persen sepanjang tahun 2018.

Intervensi Bank Indonesia (BI) melalui cadangan devisa dan menaikkan tingkat suku bunga acuan dipandang tidak terlalu ampuh dalam menjaga nilai tukar rupiah pada posisi yang ideal. Namun, untungnya kinerja perusahaan-perusahaan yang terdapat di bursa masih dapat berada pada teritori positf.

Sektor-sektor yang bisnisnya banyak melakukan ekspor mengalami kenaikan penerimaan yang positif dari pelemahan nilai tukar. Kemudian sektor keuangan, spesifik emiten perbankan, juga mendapatkan tren positif, didukung oleh kenaikan tingkat pinjaman kredit perbankan pada tahun ini.

Dari pergerakan indeks domestik, saham-saham dalam sektor keuangan dan konsumer bergerak positif pada 2016 dan 2017 membukukan pergerakan positif rata-rata 30-40 persen, sedangkan indeks LQ45 dan Indeks Harga Saham Gabungan masing-masing tumbuh di angka 36 persen dan 38 persen.

Namun, di awal 2018 sampai kuartal III tahun 2018, indeks LQ45 turun sebesar 12 persen, lebih dalam dari IHSG turun 6 persen. Investor asing melakukan aksi jual dalam jumlah besar pada periode tersebut sampai dengan Rp 40 triliun penjualan bersih.

Ini membuat nilai saham-saham kapitalisasi besar, terutama yang ada di dalam indeks LQ45, memiliki nilai yang lebih atraktif di awal kuartal IV tahun 2018 ini. Untuk investor dalam negeri, bisa melihat kondisi ini sebagai kesempatan baik untuk mulai secara bertahap menempatkan dananya pada reksa dana saham.

Sementara itu, perusahaan dengan basis ekspor yang baik dan perbankan yang membukukan kinerja positif dari kenaikan pinjaman tahun ini akan menjadi pilihan dalam portofolio. Sektor konsumer yang selama ini bergerak negatif, menjadi salah satu pilihan juga menjelang adanya alokasi APBN yang fokus pada subsidi dan dana desa, serta momentum Pemilu Presiden tahun 2019.

Angka pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berada di kisaran di atas 5 persen tertolong oleh membaiknya konsumsi masyarakat. Selain konsumsi, belanja pemerintah yang fokus pada infrastruktur turut mendongkrak perekonomian Indonesia.

Kondisi Indonesia tergolong baik jika dibandingkan dengan negara-negara lain yang masuk dalam kategori negara berkembang karena masih dapat membukukan pertumbuhan ekonomi di atas tahun lalu pada saat negara berkembang lain seperti, Turki dan Argentina mengalami kontraksi dalam ekonominya.

Investor pun mulai melakukan penyesuaian portofolio yang selama ini menikmati pertumbuhan positif di negara berkembang, akhirnya mulai melakukan penambahan investasi ke negara maju dari negara berkembang. 

“Namun, kami nilai situasi ini tidak akan terus-menerus, dimana pada saat ini kalau kita ukur valuasi AS membukukan angka yang relatif tinggi sejak tahun 2011,” ujar Product Development Head Nurullah Saptidja PT Danareksa Investment Management dalam keterangan pers, Senin (5/11/2018).

Secara umum, saham-saham yang ada di LQ45 menjadi fokus di Danareksa Mawar Konsumer 10 saat ini. Sebagai informasi, Danareksa Mawar Konsumer 10 diluncurkan pada tahun 2011, dan sampai dengan akhir oktober dana kelolaannya sudah mencapai Rp 511 miliar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tiru India dan Thailand, Pemerintah Bakal Beri Insentif ke Apple jika Bangun Pabrik di RI

Tiru India dan Thailand, Pemerintah Bakal Beri Insentif ke Apple jika Bangun Pabrik di RI

Whats New
KB Bank Sukses Pertahankan Peringkat Nasional dari Fitch Ratings di Level AAA dengan Outlook Stabil

KB Bank Sukses Pertahankan Peringkat Nasional dari Fitch Ratings di Level AAA dengan Outlook Stabil

BrandzView
Harga Acuan Penjualan Gula Naik Jadi Rp 17.500 per Kilogram

Harga Acuan Penjualan Gula Naik Jadi Rp 17.500 per Kilogram

Whats New
Pertama di Asia, Hong Kong Setujui ETF Bitcoin

Pertama di Asia, Hong Kong Setujui ETF Bitcoin

Whats New
Sebanyak 109.105 Kendaraan Melintasi Tol Solo-Yogyakarta Saat Mudik Lebaran 2024

Sebanyak 109.105 Kendaraan Melintasi Tol Solo-Yogyakarta Saat Mudik Lebaran 2024

Whats New
HUT Ke-63, Bank DKI Sebut Bakal Terus Dukung Pembangunan Jakarta

HUT Ke-63, Bank DKI Sebut Bakal Terus Dukung Pembangunan Jakarta

Whats New
Daftar 17 Entitas Investasi Ilegal Baru yang Diblokir Satgas Pasti

Daftar 17 Entitas Investasi Ilegal Baru yang Diblokir Satgas Pasti

Whats New
BI Banten Distribusikan Uang Layak Edar Rp 3,88 Triliun Selama Ramadan 2024, Pecahan Rp 2.000 Paling Diminati

BI Banten Distribusikan Uang Layak Edar Rp 3,88 Triliun Selama Ramadan 2024, Pecahan Rp 2.000 Paling Diminati

Whats New
Satgas Pasti Blokir 537 Pinjol Ilegal dan 48 Penawaran Pinpri

Satgas Pasti Blokir 537 Pinjol Ilegal dan 48 Penawaran Pinpri

Whats New
Luhut: Apple Tertarik Investasi Kembangkan AI di IKN, Bali, dan Solo

Luhut: Apple Tertarik Investasi Kembangkan AI di IKN, Bali, dan Solo

Whats New
Dollar AS Melemah, Kurs Rupiah Masih Bertengger di Rp 16.100

Dollar AS Melemah, Kurs Rupiah Masih Bertengger di Rp 16.100

Whats New
Hilirisasi Nikel, Bagaimana Dampaknya bagi Pertumbuhan Ekonomi?

Hilirisasi Nikel, Bagaimana Dampaknya bagi Pertumbuhan Ekonomi?

Whats New
Bandara VVIP IKN Bakal Dioperasikan Terbatas Saat Upacara 17 Agustus

Bandara VVIP IKN Bakal Dioperasikan Terbatas Saat Upacara 17 Agustus

Whats New
Kopi Tuku Buka Kedai 'Pop-up' Pertamanya di Korsel

Kopi Tuku Buka Kedai "Pop-up" Pertamanya di Korsel

Whats New
PT GNI Gelar Penyuluhan Kesehatan Guna Perbaiki Kualitas Hidup Masyarakat Morowali Utara

PT GNI Gelar Penyuluhan Kesehatan Guna Perbaiki Kualitas Hidup Masyarakat Morowali Utara

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com