KOMPAS.com - Laba bank-bank termasuk di Indonesia nampak selalu lebih besar di bandingkan sektor lainnya. Nilainya bisa mencapai triliunan.
Misalnya BRI yang meraup laba bersih Rp 23,5 triliun pada kuartal III 2018 ini. Kemudian laba bersih Bank Mandiri mencapai Rp 18,1 triliun, BNI Rp 11,4 triliun hingga BCA yang mengukir laba bersih Rp 18,5 triliun.
Senior Researcher Bursa Efek Indonesia (BEI) Poltak Hotradero mengatakan, hal itu sebenarnya wajar. Pasalnya perbankan memang memerlukan kecukupan modal yang cukup untuk bisa bergerak dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Menurut dia, bisnis perbankan bagaikan bisnis orang gila, karena harus harus siap menanggung bila ada sesuatu yang menimpa baik dari sisi nasabah maupun dari sisi pihak yang mendapatkan kredit.
Baca juga: Sri Mulyani: Saya Tidak Ingin Industri Perbankan Bernasib Seperti Dinosaurus
"Orang bilang bank itu untungnya gede banget, tapi kita kan tahu perbankan bisnis orang gila, karena apa? Duit orang dalam hal ini deposan, dikasihkan pada orang lain. Kalau misalnya duit itu tidak dibalikin, kita nanggung. Kemudian kalau yang sini (deposan) minta duitnya dibalikin, kita yang nanggung juga," ucap Poltak saat FGD BTPN mengenai Perbankan di Seminyak, Bali, akhir pekan lalu.
Menurut dia, sangat penting bagi perbankan mempunyai ruang buat bergerak. "Sehingga kalau ada goncangan, maka yang kemakan itu labanya, modalnya," sebutnya.
Di Indonesia sendiri sambung Poltak, laba perbankan terhitung sedikit karena hanya di kisaran 2 persen dari produk domestik bruto. "Itu pun masih dipotong dividen pula," ujarnya merujuk kepada 4 bank besar di Indonesia yang merupakan BUMN.
Dia pun membandingkan dengan BUMN perbankan China yang mendapatkan dukungan dari pemerintah. Saat mereka melakukan go public supaya modalnya kuat, Pemerintah China menyatakan akan melakukan dividen 0 persen, alias tidak meminta dividen.
Baca juga: Perbankan Butuh Modal Besar, Investasi Asing Diperlukan
"Jadi dengan cara seperti itu perbankan china pertumbuhannya sangat cepat bisa dapat bisa menjadi enabler, bisa mendorong pertumbuhan ekonomi," kata dia.
"Sementara di Indonesia 5 bank terbesar 4 merupakan milik pemerintah, dividen pay out-nya 40-50 persen. Bagaimana kredit kita bisa tumbuh lebih cepat," sambungnya.
Poltak menyebutkan, kalau ekonomi Indonesia ingin lebih bertumbuh lebih maju, maka perbankan harus disehatkan dan memberikan ruang yang leluasa termasuk di sektor aturan.
"Buat kecukupan modal perbankan lebih, sehingga mereka bisa mendorong pembangunan lebih baik," tandas Poltak.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.