Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonomi Indonesia di Tahun 2019 "Masih Banyak Kejutan"

Kompas.com - 28/11/2018, 18:30 WIB
Putri Syifa Nurfadilah,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Chief Economist PT Bank CIMB Niaga Tbk Adrian Panggabean mengatakan, perekonomian Indonesia di tahun depan akan kejutan dan tantangan, baik dari faktor internal maupun eksternal.

"Kejutan masih akan terjadi di 2019, ada isu Iran dengan Arab Saudi karena minyak. Harga minyak sekarang karena pertarungan geopolitik, itu semua menyebabkan geopolitik di Eropa berubah kemudian ketegangan antara AS dan China melalui perang dagang juga masih akan berlanjut di tahun depan," ujar Adrian di Graha CIMB Niaga Jakarta, Rabu (28/11/2018).

Faktor global lain yang memengaruhi adalah suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) atau Fed Fund Rate (FFR) yang diperkirakan Adrian masih akan naik dua hingga tiga kali selama tahun 2019.

"Rata-ratanya mungkin akan tiga kali naik, yakni dua kali di semester I tahun 2019 dan satu kali di semester II tahun 2019," papar dia.

Baca juga: 2019, CIMB Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 4,9 Persen

Dinamika global tersebut secara otomatis juga akan menyebabkan berlanjutnya rotasi antar kelas aset yang kemudian berdampak pada berlanjutnya pergeseran keseimbangan pasar kurs global. Sehingga, itu perlu direspon pemerintah lewat penyesuaian kebijakan fiskal, moneter dan perdagangan.

"Harapannya tentu agar daya tarik pasar keuangan domestik tetap terjaga," imbuh Adrian.

Selain itu, jika FFR naik dan kondisi defisit transaksi berjalan (current account deficit/ CAD) Indonesia belum membaik secara signifikan, maka kemungkinan Bank Indonesia (BI) bisa menaikkan suku bunga acuannya ke level 6,5-6,75 persen.

Selama tahun 2018, BI sudah menaikkan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI 7-DRRR) sebanyak 175 bps (Mei-November 2018). Oleh karenanya, diharapkan pemerintah akan melakukan berbagai langkah untuk menjaga CAD ini.

Adrian menyebut salah satu solusinya adalah dengan penjadwalan ulang (reschedule) terhadap sejumlah proyek-proyek infrastruktur .

"Saya melihat CAD di tahun 2019 kemungkinan besar akan lebih rendah dibanding 2018. CAD diperkirakan akan berada di kisaran 2,5 persen dari produk domestik bruto (PDB),"

Baca juga: BI Prediksi Defisit Transaksi Berjalan di Bawah 3 Persen Tahun Ini

Dengan mengacu pada prospek CAD tersebut, dan faktor global termasuk didalamnya stabilitas indeks dollar Amerika Serikat (AS) serta prospek depresiasi mata uang yuan, Adrian menilai rentang perdagangan rupiah di tahun 2019 akan berada di level Rp 14.400-Rp 15.200 per dollar AS.

Namun, Adrian juga mengingatkan, dinamika perekonomian yang menantang itu bukanlah hal yang harus ditakuti.

"Dibalik volatilitas tersebut selalu ada opportunity, karena itu perlu kehati-hatian dan kejelian dari seluruh pelaku ekonomi, serta formulasi kebijakan yang tepat dan antisipatif oleh pemangku kebijakan ekonomi dalam menghadapi tantangan perekonomian tahun 2019," tandas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com