Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rupiah Menguat ke Posisi Rp 14.383 Per Dollar AS, Ini Penunjangnya

Kompas.com - 29/11/2018, 21:20 WIB
Mutia Fauzia,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pada perdagangan Kamis (29/11/2018), di pasar spot Bloomberg nilai tukar rupiah menguat 1,01 persen ke level Rp 14.383 per dollar AS dibandingkan penutupan kemarin pada 14.529. Hari ini rupiah bahkan sempat melejit ke posisi Rp 14.340 per dollar AS.

Rupiah juga mengalami penguatan terbesar kedua sepanjang bulan ini dengan terapresiasi sebesar 5,70 persen (mtd).

Sementara kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di posisi Rp 14.408 per dollar AS, menguat 0,87 persen dibandingkan kemarin di level 14.535.

Chief Economist Permata Bank Joshua Pardede menyebutkan, penguatan rupiah pada hari ini ditopang oleh komentar gubernur bank sentral AS Jerome Powell pada Rabu (28/11/2018) malam mengingat suku bunga acuan AS saat ini hampir mendekati level normalnya.

"Hal ini mengindikasikan bahwa kenaikan suku bunga acuan Fed pada tahun depan lebih rendah dari perkiraan sebelumnya yakni 3 kali 25 bps menjadi 1 hingga 2 kali kenaikan saja," ujar Joshua kepada Kompas.com, Kamis (29/11/2018) malam.

Baca juga: Faisal Basri: Rupiah Menguat Bukan karena Keringat Kita...

Komentar dovish Jerome Powell tersebut mendorong pelemahan dollar AS terhadap sebagian besar mata uang negara maju dan negara berkembang. Selain itu, tren turunnya harga minyak dunia sebesar 34 persen dari level tertingginya pada bulan Oktober di kisaran 50 dollar per barrel juga mengurangi tekanan mata uang negara pengimpor minyak bumi.

"Sentimen positif bagi pasar keuangan negara berkembang tersebut mendorong masuknya dana asing ke pasar keuangan domestik di mana pada bulan ini terjadi net buy 659 juta dollar AS di pasar saham dan kenaikan kepemilikan asing pada Surat Berharga Negara (SBN) sebesar 2,05 miliar dollar AS," ucap Joshua.

Lebih lanjut dia menjelaskan, penguatan rupiah pada beberapa pekan terakhir ini juga ditopang oleh langkah kebijakan pre-emptive Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan pada RDG bulan November ini. Selain itu, keputusan Kementerian Keuangan untuk membatalkan sisa 4 lelang SUN dan SNSN di akhir tahun ini mendorong penguatan harga SBN di pasar sekunder.

"Meski demikian, pelaku pasar diperkirakan masih mengantisipasi proses negosiasi pengenaan tarif impor dari pemerintah AS terhadap barang Tiongkok yang akan dilangsungkan pada pertemuan G20 di Argentina dalam beberapa hari ke depan yang berpotensi mempengaruhi pergerakan dollar AS terhadap mata uang dunia," tukas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com