Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Amien Sunaryadi: Defisit Migas Akan Lebih Besar Tahun Depan

Kompas.com - 03/12/2018, 16:18 WIB
Akhdi Martin Pratama,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi mengatakan, tahun depan sektor minyak dan gas masih jadi penyumbang defisit neraca perdagangan Indonesia.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor Indonesia pada Oktober 2018 sebesar 17,62 miliar dollar AS. Angka ini naik tajam sebesar 20,60 persen jika dibandingkan dengan September 2018.

"Pak Darmin mengatakan neraca pembayaran kita ini defisit. Defisitnya besar paling besar dari migas, bahkan dikatakan ini terbesar sejarah. Bapak salah, karena tahun depan akan besar lagi, tahun depannya lebih besar lagi. Artinya kalau defisit migas lebih besar itu bukan sekarang, tapi tahun depan," ujar Amien di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (3/12/2018).

Amien mengaku saat menjabat sebagai Kepala SKK Migas telah sekuat tenaga menaikan produksi Migas dalam negeri. Namun, produksi Migas dalam negeri tersebut ternyata belum cukup untul menutupi konsumsinya.

"Saya katakan kalau liat lifting minyak paling naik 300 ribu barel per hari (bph). Itu bukan yang dibutuhkan Indonesia, Indonesia butuh 1,5 juta bph. Sejak jaman dulu tidak satupun perusahaan Indonesia pernah discovery seukuran giant discovery," kata Amien.

Atas dasar itu, Amien berpesan kepada Dwi Soetjipto selaku Kepala SKK Migas yang baru untuk melakukan eksplorasi besar-besaran.

"Pesan saya, Indonesia butuh giant discovery. Pertamina atau yang lainnya tidak pernah giant discovery. Tapi sekarang Pertamina dan perusahaan lain terikat kontrak dengan SKK untuk penggunaan eksplorasi dengan nilai 2 miliar dollar AS," ucap dia.

Sebelumnya, Neraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2018 kembali mengalami defisit. Kali ini, defisitnya cukup curam, yakni 1,82 miliar dollar AS.

Ekspor tercatat tumbuh 5,87 persen. Sementara itu, pertumbuhan impor jauh lebih tinggi, yakni sebesar 20,6 persen.

"Neraca dagang kita mengalami defisit disebabkan defisit migas maupun nonmigas," ujar Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto di kantor BPS, Jakarta, Kamis (15/11/2018).

Data BPS menunjukkan, dari September ke Oktober 2018, defisit sektor migas sebesar 1,4 miliar dollar AS yang disebabkan defisit minyak mentah dan hasil minyak. Sementara untuk subsektor gas, nilai eskpornya lebih besar dari impor namun tak sebesar defisit kedua subsektor lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com