Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meski Banyak Sandungan, Pasar Obligasi 2019 Dinilai Masih Positif

Kompas.com - 06/12/2018, 07:24 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Perekonomian Indonesia masih akan menghadapi masalah yang sama pada 2019, baik global maupun domestik. Gejolak perang dagang, meski AS dan China berupaya mengakhirinya, namun pelaku usaha masih bersikap wait and see.

The Fed juga dipastikan masih menaikkan suku bunga acuan, yang mana akan berdampak pada mata uang global. Hampir semua negara diprediksi mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi. Persoalan tersebut juga akan mempengaruhi kondisi pasar obligasi.

Namun, pasar obligasi 2019 dianggap masih menunjukkan indikator yang positif.

"Saya bisa bilang optimistis untuk pasar obligasi konvensional maupun sukuk di 2019," ujar Head of Fixed Income Research PT Mandiri Sekuritas Handy Yunianto di Jakarta, Rabu (5/12/2018).

Setidaknya ada empat katalis positif di pasar obligasi pada 2019. Pertama, entry level yield u tuk obligasi lebih tinggi dari awal 2018. Jika sebelumnya di level 6,5 persen, maka 2019 diprediksi naik hingga 8,5 persen. Kemudian, Handy meyakini suku bunga acuan Bank Indonesia akan lebih naik. Namun, kenaikannya tak akan sebesar tahun ini yang mencapai 175 basis points.

"Tahun depan diproyeksikan tetap naik tapi mungkin hanya 50 bps," kata Handy.

Tahun depan diproyeksi akan ada kenaikan harga bahan bakar minyak. Meski harganya naik, namun tak akan berdampak signifikan terhadap suku bunga BI dan inflasi.

Tingkat inflasi di Indonesia tergolong aman di kisaran 3,2-3,23 persen, masih di bawah batas yang ditentukan. Hal ini disebabkan kenaikan harga BBM hanya dilakukan satu kali dan inflasi diperkirakan justri berkurang.

"Dengan catatan rupiah stabil dan BI tidak menaikkan suku bunga tinggi," kata Handy.

Selain itu, defisit anggaran juga diproyeksi lebih rendah dan menyebabkan net issuances obligasi tetap manageable. Selain itu, ada potensi upgrade sovereign rating di tahun 2020.

Menurut Handy, defisit fiskal yang turun akan positif bagi pasar obligasi karena utangnya tidak bertambah terlalu banyak. Terakhir, dukungan dari domestik masih cukup tinggi dengan adanya wacana penurunan withholding tax bunga obligasi. Interest payment pemerintah setiap tahunnya sekitar Rp 270 triliun per tahun.

"Kalau ditambah pertumbuhan aset dari investor institusi domestik yang cukup tinggi, saya yakin bisa terpenuhi," kata Handy.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com