Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bank Dunia Sebut Indonesia Harus Genjot Investasi dan Ekspor, Mengapa?

Kompas.com - 13/12/2018, 15:49 WIB
Putri Syifa Nurfadilah,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam laporan Indonesia Economic Quarterly edisi Desember 2018 yang dirilis Bank Dunia, Indonesia dinilai telah berhasil bertahan di tengah gejolak global yang besar. Ini berkat fundamental makroekonomi dan koordinasi kebijakan yang cukup kuat.

Laporan Bank Dunia kali ini mengangkat pentingnya reformasi kebijakan untuk mendorong perdagangan dan investasi asing langsung. Hal ini tidak hanya akan membuat Indonesia lebih kompetitif secara global dan menciptakan lapangan kerja, tetapi juga akan memperkuat posisi neraca transaksi berjalan dan meningkatkan ketahanan.

"Meski tekanan pada rupiah telah berkurang, Indonesia harus semakin memperkuat posisi eksternalnya dengan mempercepat upaya peningkatan ekspor dan investasi,” ujar Ekonom Utama untuk Bank Dunia di Indonesia Frederico Gil Sander di Jakarta, Kamis (13/12/2018).

Bank Dunia menilai, dengan kebijakan moneter dan fiskal yang menjaga stabilitas ekonomi makro, ekonomi indonesia tumbuh dengan kuat sebesar 5,2 persen pada kuartal III 2018. Pertumbuhan investasi tetap menjadi pendorong utama ekonomi, dengan investasi konstruksi menguat dibanding kuartal sebelumnya.

Baca juga: Bank Dunia: Kelompok Masyarakat Menengah Jadi Penggerak Ekonomi RI

Sementara konsumsi masyarakat sedikit menurun, lonjakan konsumsi pemerintah mempertahankan pertumbuhan konsumsi secara keseluruhan.

“Koordinasi pemerintah dalam hal kebijakan moneter, fiskal dan nilai tukar telah membantu Indonesia melewati gejolak eksternal yang baru-baru ini terjadi,” kata Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste Rodrigo A Chaves pada kesempatan yang sama.

Chaves menyebut, adanya reformasi struktural yang dapat mengurangi kerentanan domestik akan semakin meningkatkan ketahanan ekonomi serta mendorong kemampuan mengelola gejolak global dengan lebih baik apabila hal tersebut kembali terjadi di masa depan.

Sementara, untuk pertumbuhan ekonomi tahunan, Bank Dunia memproyeksikan produk domestik bruto (PDB) riil mencapai 5,2 persen untuk tahun 2019. Angka tersebut sama dengan angka pertumbuhan ekonomi kuartal III tahun 2018, tapi sedikit lebih tinggi dari tahun 2017.

“Permintaan domestik yang lebih kuat masih didominasi investasi, dan diperkirakan akan lebih besar daripada hambatan sektor eksternal, di tengah melambatnya pertumbuhan global dan berlanjutnya ketidakpastian kebijakan perdagangan global,” tuturnya.

Baca juga: Apindo Prediksi Pertumbuhan Ekonomi RI 5,2 Persen pada 2019

Bank Dunia pun mengingatkan, ke depan kondisi eksternal kemungkinan akan terus membawa risiko besar terhadap proyeksi pertumbuhan Indonesia. Ini terkait terus berlanjutnya ketidakpastian terkait perdagangan global, dan kemungkinan pengetatan kebijakan moneter AS yang lebih lanjut.

Kondisi tersebut dapat menyebabkan banyaknya arus modal keluar dan gejolak keuangan di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

"Langkah-langkah seperti menerapkan perjanjian perdagangan bebas dan merevisi Daftar Negatif Investasi (DNI) untuk mengurangi pembatasan investasi dari luar negeri akan meningkatkan daya saing Indonesia dan menciptakan pekerjaan yang baik sehingga semakin banyak penduduk Indonesia menjadi bagian kelas menengah,” tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Whats New
Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Whats New
Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Whats New
Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com