Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisakah Produk Indonesia jadi Tuan Rumah di Negerinya Sendiri?

Kompas.com - 17/12/2018, 07:09 WIB
Putri Syifa Nurfadilah,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Produk asing semakin mengepung pasar Indonesia. Hal ini membuat para pengusaha Indonesia termasuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) harus bisa meningkatkan baik dari kualitas maupun kuantitas agar tetap bersaing dengan produk asing.

Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf mengatakan, pemain lokal akan berkontribusi besar bagi pendapatan negara.

“Dengan menggunakan kreasi lokal, berarti mendorong masyarakat Indonesia untuk lebih bangga menggunakan produk dalam negeri,” ujar Triawan di Jakarta Pusat, Minggu (16/12/2018).

Salah satu pelaku UMKM, Oi dari Swara Gembira mengungkapkan, sudah seharusnya masyarakat Indonesia bangga dengan produk dalam negeri.

Baca juga: Ada Diskon Tambahan untuk Produk Lokal di Harbolnas

“Sudah seharusnya kita bangsa Indonesia berkaca atas cita rasa lokal. Di situ juga perjuangannya, untuk memperkenalkan produk lokal banyak dikenal,” ujar Oi di Jakarta Pusat, Sabtu (15/12/2018).

“Meskipun banyak produk kita masih dimonopoli oleh negara lain, padahal harusnya bisa menguasai market dalam negeri, sampai keluar sekalian. Di Indonesia sumber daya komplit tidak ada yang sebanyak kita dan sudah punya pasar juga. Kita sudah sewajibnya usaha tiada henti sampai mengausai pasar kita,” tambah.

Menurut Oi, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk masyarakat Indonesia agar lebih mencintai produk-produk lokal Tanah Air.

“Kita mengkreasikan karya lokal kita, merangkul kreasi-kreasi lokal untuk rasa Indonesia dengan watak Indonesia serta dengan kepribadian Indonesia,” tuturnya.

Lebih lanjut, ketika semua kalangan sudah merangkul, Oi mengungkapkan saat itulah bisa menunjukkan, “ini lho Indonesia, ini bisa kita tunjukkan.”

“Kita bisa memasarkan karya mereka untuk mendunia,” tambah Oi.

Sementara pelaku UMKM lainnya, Nadia dari Populo Batik menyebut  bahwa pasar itu selalu butuh kebaruan. Jadi, tidak mungkin untuk tidak berinovasi.

“Pasar itu haus kebaruan. Dan kebaruan inilah yang dicari oleh orang-orang,” ujar Nadia.

Selain itu, Nadia juga menyebut bahwa kampanye secara digital juga tak bisa dianggap remeh.

Digital campaign, bagaimana agar pesan kita sampai baik ke pasar domestik dan luar negeri. Kontennya beda-beda dan disesuaikan bergantung sosial media,” jelasnya.

Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menyatakan, ekonomi digital memberikan ruang luas bagi anak muda Indonesia untuk berinovasi menciptakan peluang bisnis.

“Untuk itu pemerintah, pemain bisnis, dan pelaku kunci lainnya dalam ekosistem kewirausahaan harus bersinergi dalam memberdayakan kreator lokal yang unggul dan berdaya saing tinggi, yang akan menjadi penggerak Indonesia untuk menjadi kekuatan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara pada tahun 2020,” jelas Rudiantara.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyebut ke depan, produk lokal diharapkan bisa menajadi tuan rumah di negerinya sendiri.

Produk lokal itu keren, produk Indonesia bisa menjadi tuan rumah di negerinya sendiri,” tutur Enggar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com