JAKARTA, KOMPAS.com - Data Badan pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor kopi mengalami penurunan signifikan, yakni 34 persen pada periode Januari hingga November 2018 menjadi 734,73 juta dollar AS dibandingkan periode sama di tahun 2017.
Wakil Ketua Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI), Moelyono Soesilo mengatakan, pahitnya ekspor kopi ini akibat tiga hal yang mempengaruhi.
“Penurunan itu kan karena panen tahun ini agak terlambat, kedua stok dari tahun 2017 enggak ada dan ketiga karena konsumsi dalam negeri meningkat,” kata Moelyono kepada Kontan.co.id, Selasa (18/12/2018).
AEKI mencatat ekspor kopi hingga akhir tahun 2018 diprediksi hanya 150.000 ton, sedangkan tahun lalu sempat mencapai 230.000 tonn. Stok awal di akhir tahun 2018 dinilai sangat kecil akibat badai el nino 2015 dimana stok awal tahun ini hanya 30.000-40.000 ton.
Baca juga: Ekspor Kopi dalam Kemasan ke Filipina Normal Usai RI Lobi Duterte
Namun, Moelyono yakin di awal tahun 2019 ekspor kopi akan mulai bangkit. Hal ini karena produksi kopi tahun ini, yang diestimasi 660.000 ton hingga 690.000 ton, sedangkan untuk konsumsi dalam negeri per tahun adalah 320.000 ton sampai 330.000 ton.
Sehingga, di awal tahun 2019 masih ada stok untuk ekspor sekitar 180.000 ton.
“Mungkin akan ter-cover di tahun depan. Pada prinsipnya hambatan enggak ada. Problem kopi Indonesia cuma satu yakni di supply-nya saja yang tidak menentu, dan harganya tinggi dibanding harga kopi di international market,” jelasnya.
Untuk harga kopi, hingga akhir tahun diprediksi masih akan terus tertekan di 14,70 dollar AS per ton. Namun di tahun depan harga diprediksi aken semakin baik.
Baca juga: Kemendag Dorong Ekspor Kopi Gayo ke Pasar Kanada
Harga kopi internasional yang sangat murah ini juga memicu enggannya eksportir mengekspor kopi dan memilih untuk menjualnya di dalam negeri.
“Harga masih tetap akan tertekan, karena Vietnam panen tahun ini cukup bagus. Kalau awal tahun harga di 1.900 dollar AS per ton. Kalau harga kopi Vietnam di bawah kita,” ujarnya.
Sementara, Hutama Sugandhi, Ketua Umum Gabungan Eksportir Kopi Indonesia (Gaeki), turunnya ekspor kopi akibat pasar Indonesia lebih menarik daripada pasar luar negeri. Hal ini lantaran perbedaan harga yang jauh lebih menguntungkan jika dijual didalam negeri.
“Selain produksi nasional yang menurun, kebutuhan konsumsi lokal tinggi. Dan para eksportir melihat kebutuhan dalam negeri yang tinggi dengan harga yang lebih baik daripada di ekspor, sehingga banyak di jual ke lokal," terangnya.
Hutama menyebut untuk harga kopi yang dijual di Indonesia, jenis robusta berkisar Rp 26.000 sampai Rp 27.000 per kg, sedangkan untuk di ekspor harganya cukup murah yakni Rp 24.000 per kg.
Berita ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul: AEKI sebut tiga faktor penyebab ekspor kopi turun signifikan hingga 23%
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.