Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Revolusi Industri 4.0 Harus Perhatikan Juga Revolusi Energi

Kompas.com - 19/12/2018, 12:21 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Upaya pemerintah agar Indonesia menerapkan revolusi industri 4.0 dianggap tak bisa berjalan jika mengesampingkan isu energi. Dengan revolusi induatri 4.0, tentu aktivitas industri lebih masif dengan bantuan Artificial Intelligence alias kecerdasan buatan, robotik, dan berbagai mesin canggih.

Untuk menggerakannya, tentu perlu energi ekstra yang berkelanjutan. Namun, di sisi lain, jika energi yang digunakan tak ramah lingkungan, maka akan  memperburuk kondisi iklim Indonesia maupun dunia.

"Pelaksanaan industri revolusi 4.0 yang menggunakan AI, robotik, tidak akan dapat terlaksana kalau tidak disertai revolusi energi. Penerapan pelaksanaan dari green energy," ujar Ketua Bimasena, Subroto di acara Indonesia Clean Energy Outlook 2019 di Jakarta, Rabu (19/12/2018).

Baca juga: JK: Kita Baru Bicara Revolusi Industri 4.0, Jepang Sudah 5.0

Subroto mengatakan, hingga tahun ini, pemerintah masih banyak menggunakan dirty energy ketimbang green energy untuk industri. Produksi dan pembangunan masih banyak menggunakan minyak, gas, dan batu bara yang menghasilkan emisi berbahaya bagi lingkungan.

Hal ini yang menyebabkan efek rumah kaca karena kandungan karbon dioksida sangat tinggi. Akibatnya, belakangan bencana alam banyak terjadi di daerah yang sebelumnya tak bermasalah.

Subroto mencontohkan angin puting beliung yang terjadi di Bogor, Jawa Barat, beberapa waktu lalu.

"Perubahan iklim mengakibatkan perubahan dari udara yang dulu panas jadi dingin, yang dulu kering jadi basah. Wonosobo kedinginan, beku semua sehingga panen rusak semua," ujar Subroto.

Baca juga: Dukung Usaha Pemerintah, PGN Minta Saka Energi Genjot Produksi Migas

Fenomena alam yang terjadi, kata Subroto, menjadi alarm bagi Indonesia untuk segera beralih ke green energy. Pemerintah telah mendorong adanya energi baru dan terbarukan, namun dampaknya belum begitu terasa.

Dari hal tersebut, kata Subroto, bisa dilihat pentingnya memahami keterkaitan pembangunan dengan energi. Jika terus menerus mengandalkan energi fosil, dampak jangka panjangnya sangat buruk.

Salah satu caranya yakni dengan melakukan elektrifikasi, termasuk kendaraan. Ia mendukung penerapan mobil listrik untuk mengurangi emisi secara signifikan.

Cara lainnya dengan menggunakan air, angin, dan cahaya matahari untuk sebagai sumber energi tanpa polusi.

"Maka mulai kurangi penggunaan fossil fuel yang banyak menghasilkan CO2. Kita menuju penggunaan angin, matahari, air," kata Subroto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com