Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga 3.85 Miliar Dollar AS untuk Freeport, Apakah Mahal?

Kompas.com - 19/12/2018, 16:04 WIB
Mikhael Gewati

Editor


KOMPAS.com
- Holding Industri Pertambangan Inalum akan membayar 3.85 miliar dollar AS atau Rp 55.8 triliun untuk meningkatkan kepemilikannya di PT Freeport Indonesia (PTFI) dari 9.36 persen menjadi 51.2 persen.

Dengan demikian Inalum akan menjadi pengendali utama di perusahaan tambang dengan deposit emas terbesar di Papua tersebut. Namun apakah harga tersebut mahal atau murah

Dalam keterangan tertulis yang Kompas.com terima, Rabu (19/12/2018), dijelaskan bahwa Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) pada 2017 pernah melakukan proyeksi harga PTFI.

Saat itu, hasil harga proyeksinya ternyata lebih mahal dari kesepakatan Inalum dengan Freeport McMoRan, pengendali PTFI saat ini.

Menurut studi IAGI, harga untuk menjadi pemilik mayoritas di sana diperkirakan sebesar 4.5 miliar dolar AS atau Rp 65 triliun.

Baca jugaSaham Freeport Tidak Bisa Diperoleh Secara Gratis

Pada 2015, Freeport McMoran mengajukan harga 12.15 miliar dolar AS untuk meningkatkan kepemilikan Indonesia menjadi 51 persen kepada Kementerian ESDM. Indonesia kemudian menawar menjadi 4,5 miliar dolar AS.

Adapun angka hasil valuasi konsultan keuangan Morgan Stanley pada awal 2018 menyebut harga PTFI sebesar 4.67 dolar miliar.

“Kalau diteliti dari aspek apa pun, angka 3.85 miliar dolar AS yang dibayarkan Inalum terbilang murah,” tutur pengamat kebijakan publik dari Koalisi Pejuang Hak Atas Sumber Daya Alam, Thomas Jan Bernadus, seperti dalam keterangan tertulis yang Kompas.com terima.

Meski begitu, kata Thomas, itu tidak berarti kita membeli tanah air sendiri. Karena yang dibeli adalah perusahaan, bukan cadangan yang dimiliki oleh PTFI. Sementara itu, perusahaan asal Amerika ini sudah mengantongi izin komersil untuk menambang di Grasberg sejak 51 tahun lalu.

“Hal tersebut merupakan kesepakatan busines-to-business (B2B) sehingga penyelesaiannya juga dilakukan melalui pendekatan komersial,” tutur Thomas.

Masih dari keterangan tertulisnya, disebutkan bahwa Kontrak Freeport tidak sama dengan yang berlaku di sektor minyak dan gas (migas).

Pada industri migas jika konsesi berakhir, maka secara otomatis dimiliki pemerintah dan dikelola oleh Pertamina. Negara tidak mengeluarkan uang sepeser pun karena aset perusahaan migas dimiliki sepenuhnya oleh pemerintah.

Baca jugaBayar Freeport, Inalum Akhirnya Terbitkan Obligasi 4 Miliar Dollar AS

Ini terjadi karena pemerintah sebelumnya telah membayar kontraktor lewat skema cost recovery senilai miliaran dollar AS per tahunnya.

Berdasarkan materi dengar pendapat antara Inalum dan Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), dengan membayar 3.85 miliar dolar, Inalum akan mendapatkan kekayaan tambang senilai lebih dari 150 miliar dolar AS atau Rp 2,400 triliun hingga 2041.

Laba bersih PTFI juga diperkirakan sebesar 2 miliar dolar AS per tahun setelah 2022 nanti.
Jika nilai laba tersebut dijumlahkan hingga akhir waktu pengembangan tambang pada 2041, setidaknya Indonesia akan mendulang keuntungan bersih lebih dari 36 miliar dolar AS atau sekitar Rp 533 triliun sejak 2019 hingga 2041.

Perbandingan harga

No

Versi Nilai Saham

Nilai (USD)

1

Surat FCX kepada Menteri ESDM

12,15 miliar

2

Surat Menteri ESDM kepada FCX

4,5 miliar

4

Hasil Valuasi Morgan Stanley

4,67 miliar

5

Hasil Negosiasi Inalum dengan FCX dan Rio Tinto

3,85 miliar

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Whats New
Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Whats New
Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Whats New
Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Whats New
Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Whats New
Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Whats New
Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Whats New
Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Signifikansi 'Early Adopters' dan Upaya 'Crossing the Chasm' Koperasi Multi Pihak

Signifikansi "Early Adopters" dan Upaya "Crossing the Chasm" Koperasi Multi Pihak

Whats New
Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Whats New
Cara Gadai BPKB Motor di Pegadaian, Syarat, Bunga, dan Angsuran

Cara Gadai BPKB Motor di Pegadaian, Syarat, Bunga, dan Angsuran

Earn Smart
Harga Minyak Dunia Melonjak 3 Persen, Imbas Serangan Balasan Israel ke Iran

Harga Minyak Dunia Melonjak 3 Persen, Imbas Serangan Balasan Israel ke Iran

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com