Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Angka Kelahiran Turun, Korsel Beri Subsidi untuk Keluarga yang Punya Anak

Kompas.com - 20/12/2018, 13:24 WIB
Mutia Fauzia,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

SEOUL, KOMPAS.com - Rata-rata tingkat kelahiran di Korea Selatan adalah salahbsatu yang terendah di dunia. Berbagai upaya pemerintah untuk kembali meningkatkan tingkat fertilitas tersebut cenderung tidak memberikan hasil yang maksimal.

Dikutip dari Business Insider, Kamis (20/12/2018), karena tingkat kelahiran atau jumlah anak rata-rata yang akan dilahirkan oleh seorang perempuan terus menurun setiap tahunnya, total populasi Korea Selatan diperkirakan akan mulai berkurang pada 10 tahun yang akan datang.

Upaya pemerintah untuk memberikan subsidi bulanan kepada setiap orang tua tidak memberikan perbedaan yang berarti.

Baca juga: Data Angka Kelahiran Menjadi Peluang Pasar

Sehingga belakangan, pemerintah setempat pun membuat terobosan dengan meningkatkan subsidi bulanan hingga 270 dollar AS untuk orang tua yang memiliki anak, ntuk melibatkan 10 persen populasi orang terkayanya dalam program tersebut.

Pada bulan September lalu, pemerintah setempa telah menerapkan subsidi sebesar 88 dollar AS per bulan untuk orang tua yang memiliki anak di bawah usia 5 tahun.

Sementara, untuk akhir tahun 2019 nanti, orang tua dengan anak di bawah usia 8 tahun akan diizinkan menyelesaikan waktu bekerja satu jam lebih awal untuk merawat anak-anak mereka, serta untuk laki-laki akan diberi izin melahirkan selama 10 hari dari yang sebelumnya hanya tiga hari.

Tingkat kelahiran di Korea Selatan jatuh hingga 0,95 kelahiran per perempuan tahun ini. Para ahli demografi menyatakan, setidaknya Korea Selatan perlu untuk meningkatkan tingkat kelahirannya setidaknya menjadi 2,1 kelahiran per perempuan agar populasinya menjadi lebih stabil.

 

Baca juga: Perusahaan Jepang Jadikan RI Basis Produksi Popok Bayi

Pemerintah setempat pun telah menghabiskan sekitar 121 miliar dollar AS dalam 13 tahun belakangan untuk meningkatkan rasio kelahiran tersebut.

Adapun penyebab menerunnya tingkat rata-rata kelahiran tersebut di antaranya disebabkan oleh biaya pendidikan anak yang tinggi, jasa perawatan anak (daycare) yang terbatas, serta waktu bekerja yang terlampau lama. Beberapa orang bahkan menyatakan tidak memiliki anak lantaran kondisi keuangan yang cenderung tidak stabil.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Cek Nomor Rekening BSI dengan Mudah

Cara Cek Nomor Rekening BSI dengan Mudah

Spend Smart
Harga Paket Vision+ dan Cara Berlangganan

Harga Paket Vision+ dan Cara Berlangganan

Spend Smart
Dorong Investasi di Industri Antara, Kemenperin: Kami Persiapankan 'Tax Holiday'

Dorong Investasi di Industri Antara, Kemenperin: Kami Persiapankan "Tax Holiday"

Whats New
Astra Life Catat Premi Bruto Rp 6,1 Triliun Sepanjang 2023

Astra Life Catat Premi Bruto Rp 6,1 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
Rugi Bersih GOTO Susut 78 Persen, Jadi Rp 862 Miliar pada Kuartal I-2024

Rugi Bersih GOTO Susut 78 Persen, Jadi Rp 862 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Industri Fintech Lending Rugi pada Awal 2024, Ini Sebabnya Menurut Asosiasi

Industri Fintech Lending Rugi pada Awal 2024, Ini Sebabnya Menurut Asosiasi

Whats New
Menteri Trenggono Minta Reklamasi PIK Pakai Sedimentasi Laut

Menteri Trenggono Minta Reklamasi PIK Pakai Sedimentasi Laut

Whats New
Tren dan Peluang Investasi Kripto, Indonesia Berpotensi Pimpin Pasar ASEAN

Tren dan Peluang Investasi Kripto, Indonesia Berpotensi Pimpin Pasar ASEAN

Spend Smart
Kredit BNI Tumbuh Jadi Rp 695,16 Triliun pada Kuartal I 2024, UMKM dan Konsumer Jadi Mesin Baru

Kredit BNI Tumbuh Jadi Rp 695,16 Triliun pada Kuartal I 2024, UMKM dan Konsumer Jadi Mesin Baru

Whats New
Elnusa dan Pertagas Siap Kerjakan Proyek Kolaborasi Infrastruktur Energi di Kandis Riau

Elnusa dan Pertagas Siap Kerjakan Proyek Kolaborasi Infrastruktur Energi di Kandis Riau

Whats New
Perluasan Sektor Kredit, 'Jamu Manis' Terbaru dari BI untuk Perbankan

Perluasan Sektor Kredit, "Jamu Manis" Terbaru dari BI untuk Perbankan

Whats New
Survei BI: Kebutuhan Pembiayaan Korporasi pada Kuartal I-2024 Meningkat

Survei BI: Kebutuhan Pembiayaan Korporasi pada Kuartal I-2024 Meningkat

Whats New
Stranas Bisnis dan HAM, Upaya Pemerintah Lindungi Pekerja dalam Praktik Bisnis

Stranas Bisnis dan HAM, Upaya Pemerintah Lindungi Pekerja dalam Praktik Bisnis

Whats New
Soal Boks Mainan Megatron 'Influencer' Rusak, Ini Penjelasan Bea Cukai dan DHL

Soal Boks Mainan Megatron "Influencer" Rusak, Ini Penjelasan Bea Cukai dan DHL

Whats New
Kredit Bank Jatim Naik 18,7 Persen Sepanjang Kuartal I-2024

Kredit Bank Jatim Naik 18,7 Persen Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com