Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jonan Pantau Aktivitas Anak Gunung Krakatau, Masih Berpotensi Tsunami?

Kompas.com - 28/12/2018, 14:00 WIB
Putri Syifa Nurfadilah,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignatius Jonan meninjau perkembangan keadaan Gunung Anak Krakatau di Pusat Volkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Pos Pengamat Gunung Api Anak Krakatau, Banten.

Jonan melihat bagaimana perkembangan Gunung Anak Krakatau setelah sebelumnya dinaikkan status ke level Siaga III.

“Secara teori kalau aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau sebenarnya yang sangat besar itu di bulan September tahun ini. Namun, kalau dibandingkan ketinggian erupsi dan amplitudonya, bulan Desember ini mungkin tidak ada seperempat dibanding bulan September,” jelas Jonan saat ditemui awak media, Jumat (28/12/2018).

Oleh karenanya, pihaknya kini berkordinasi dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk mempelajari penyebab tsunami kemarin.

“Apakah dari longsoran yang besar dari Gunung Anak Krakatau atau hal lain? Karna kalau sampai terjadi tsunami itu mestinya diperlukan longsoran yang amat sangat besar semestinya,” papar Jonan.

Jonan menyampaikan, longsoran gunung bisa jadi salah satu sebab. Namun, pihaknya masih memastikan penyebab lain yang mungkin terjadi.

“Itu bisa salah satu sebab (longsoran), tapi mungkin ada faktor lain yang sekarang oleh para ahli untuk diliat lagi,” ucapnya.

Sementara, Sekretaris Badan Geologi ESDM Antonius Ratdo Mopurbo menyebut bahwa prediksi akan terjadi tsunami setelah kejadian kemarin masih belum bisa dipastikan. Hal ini karena bergantung dari keadaan dan penyebab dari tsunami tersebut masih diteliti. Namun, pihaknya menyampaikan hal yang paling penting adalah bagaimana menaggulangi reaksi atas bencana tersebut agar bisa diinformasikan kepada masyarakat secara cepat.

“Kalau tsunami lagi tergantung longsor dan lain-lain, tidak bisa diprediksi besok longsor misalnya. Seismik kan random. Jadi yang bisa dilakukan kalau longsor ada sinyal lebih awal, resepnya itu,” ujar Ratdo dalam kesempatan yang sama.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com