JAKARTA, KOMPAS.com - Juru bicara Tim Kampanye Nasional Jokowi-Mar'uf Amin, Arief Budimanta, mengakui masih banyak pekerjaan rumah yang harus dibenahi menyusul defisit neraca perdagangan.
Pada 2018, neraca perdagangan mengalami defisit mencapai 8,57 miliar dollar AS. Angka ini merupakan yang defisit terbesar yang pernah tercatat oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
"Presiden Jokowi itu kan orang biasa, pengusaha yang juga kelasnya kecil dan menengah, dan dia tahu betul (apa yang harus dilakukan)," ujarnya dalam acara diskusi bisnis PAS FM di Jakarta, Rabu (16/1/2019).
"Mulai dari merintis usaha, dari perizianan, mulai dari cari kredit, sampai menembus ekspor tanpa fasilitas dan kekuasaan yang ada. jadi dia memahamai betul lingkungan dan persaingan," sambung dia.
Baca juga: Defisit Neraca Perdagangan Pecahkan Rekor, Kondisi Ekonomi RI Rentan
Oleh karena itu kata Arief, Presiden Jokowi selalu menjadikan peningkatan daya saing menjadi satu prioritas. Hal ini penting agar barang-barang ekspor Indonesia juga bisa bersaing di dunia.
Seperti dberitakan, defisit neraca dagang terjadi akibat nilai ekspor yang lebih rendah dari nilai impor. Sehingga, upaya untuk menggenjot ekspor penting untuk dilakukan.
"PR kita memang banyak ya, banyak banget. Defisit-defisit tadi kalau dalam konteks transkasi berjalan itu kan bukan 15 atau 20 tahun, tetapi kalau bicara neraca jasa saja, itu sudah terjadi dari tahun 70-an ya," kata dia.
"Jadi defisit tadi itu ya harus segara dikerjakan, dicicil pekerjaan rumah itu masing-masing," sambung Arief.
Sebelumnya, Tim ekonomi Prabowo-Sandiaga Uno, Anthony Budiawan menilai kondisi ekonomi Indonesia di bawah pemerintahan Presiden Jokowi sangat mengkhawatirkan.
Hal itu mengacu kepada defisit neraca perdagangan dan transaski berjalan yang mencapai rekor terburuk.
Sepanjang 2018, neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit mencapai 8,57 miliar dollar AS. Angka ini merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah Indonesia pasca kemerdekaan.
Perdagangan non migas hanya surplus 3,8 miliar dollar AS. Sementara neraca dagang migas justru defisit 12,4 miliar dollar AS.
"Jadi kebijakan (pemerintahan Jokowi) yang saat ini seolah tidak jalan semua. Apa itu yang meningkatkan ekspor atau menekan impor. Ini tidak berjalan semua termasuk kebijakan B20 belum berjalan," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.