Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tepis Anggapan Indonesia Negara Miskin, Sri Mulyani Beberkan Fakta Ini

Kompas.com - 22/01/2019, 13:40 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Menteri Keuangan Sri Mulyani menepis anggapan yang menyebut Indonesia termasuk negara miskin. Calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto sebelumnya pernah menyebut Indonesia setara dengan negara-negara miskin di Afrika.

Menurut Sri Mulyani, di samping kekayaan sumber daya alam, kondisi perekonomian Indonesia juga masih jauh dari kata menyedihkan.

Ia mengakui, pada 2018 perekonomian Indonesia terpengaruh tekanan eksternal. Sejumlah faktor, seperti kenaikan suku bunga bank sentral AS, perang dagang AS dengan negara mitra, hingga meroketnya harga minyak dunia berdampak ke ekonomi sevara global, tak hanya Indonesia. Bahkan, beberapa negara tak mampu menahan tekanan itu sehingga terjadi krisis.

"Kalau dalam guncangan kita harus pilih, maju atau stabil. Kita memilih stabil, maka menaikkan suku bunga tujuh kali," kata Sri Mulyani di Jakarta, Senin (22/1/2019).

Baca juga: Oxfam: Kekayaan Separuh Populasi Orang Miskin Dunia Setara dengan Harta 26 Miliarder

Jika memaksakan untuk maju, dampaknya akan melebar ke aspek lainnya. Indonesia tidak akan bisa mempertahankan pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen, menjaga inflasi, dan menahan pelemahan rupiah.

Dengan mengambil berbagai kebijakan, mulai dari menaikkan suku bunga hingga menekan impor, 2018 ditutup dengan pertumbuhan ekonomi yang diprediksi sebesar 5,1 persen dan inflasi di level 3 persen. Defisit APBN 2018 pun lebih kecil dibandingkan tahun sebelumnya.

"Bayangkan, dalam situasi di mana guncangan terjadi, sering kita tidak melihat perpektif itu. Kita hanya melihat beberapa fakta yang memberikan narasi seolah Indonesia tidak mencapai sesuatu," kata Sri Mulyani.

Di samping itu, daya beli masyarakat Indonesia juga naik ditunjukkan dengan kenaikan angka konsumsi di atas 5 persen. Sri Mulyani juga menekankan pentingnya kepercayaan diri pelaku usaha maupun investor akan kebijakan Indonesia.

"Oleh karena itu, konsumsi jalan, investasi juga jalan. Kalau Anda tidak yakin ekonomi stabil, Anda akan holding," kata Sri Mulyani.

Baca juga: “Orang Miskin Itu Disiplin dalam Membayar Cicilannya..."

Lantas, apa benar anggapan Indonesia setara dengan negara miskin? Ekonom Chatib Basri menyatakan, daya beli masyarakat Indonesia masih tinggi hingga saat ini. Ia mencontohkan tingginya animo masyarakat Indonesia menonton konser penyanyi Phil Collins awal tahun ini di Australia dan Selandia Baru. Hal tersebut dibenarkan Sri Mulyani.

"Kalau dia tahu akan ekonominya nyungsep, dia tidak akan pergi ke luar negeri untuk nonton Phil Collins," kata mantan Direktur Bank Dunia itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com