Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekspor ke China Turun, Indonesia Harus Cari Pasar Baru

Kompas.com - 22/01/2019, 14:23 WIB
Mutia Fauzia,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pertumbuhan ekonomi China tahun ini diprediksi melambat dari 6,6 persen di tahun 2018 menjadi 6,2 persen tahun ini.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, melambatnya pertumbuhan ekonomi China yang disebabkan ketegangan perdagangan dengan Amerika Serikat akan berdampak pada perekonomian global, termasuk Indonesia.

Darmin menuturkan, ekspor Indonesia ke China mengalami penurunan, juga ke Amerika Serikat. Adapun salah satu cara untuk mengantisipasi penurunan ekspor ke kedua negara tersebut dengan mencari pasar baru, juga mendorong ekspor komoditas lain.

"Kita ekspor ke China turun, ke Amerika Serikat turun, tinggal bagaimana kita mencari market yang baru, mendorong komoditas yang baru, dan sebagainya," ujar Darmin ketika ditemui di kantornya, Selasa (22/1/2019).

Baca juga: Genjot Ekspor, Menteri Enggartiasto Pimpin Misi Dagang ke AS

Pangsa ekspor Indonesia ke China sendiri sebesar 15 hingga 20 persen dari total ekspor. Selain itu, lembaga pemeringkat Moody's juga sempat mencatat, nilai ekspor Indonesia ke China tercatat 2,3 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Namun, Darmin mengatakan, proses untuk menyeimbangkan susutnya ekspor dengan mencari pangsa pasar baru membutuhkan waktu, tak bisa serta-merta.

"Semua pasti bertahap," ujar dia.

Darmin menjelaskan, perang dagang antara Amerika Serikat dan China yang tak kunjung memberikan titik terang semakin menekan pertumbuhan ekonomi di kedua negara.

Baca juga: IMF Kembali Pangkas Pertumbuhan Ekonomi Global Jadi 3,5 Persen

IMF sendiri kembali mengoreksi pertumbuhan ekonomi global lantaran perang dagang, dari 3,7 persen tahun lalu, kini menjadi 3,5 persen. Walupun demikian IMF tak mengoreksi prediksi pertumbuhan ekonomi AS yang diperkirakan tumbuh di kisaran 2,5 persen.

Perang dagang tersebut, ujar Darmin, juga diperparah dengan berbagai kejadian seperti tutupnya atau shutdownnya pemerintahan Amerika Serikat.

"Perang dagang ini bukan sesuatu yang bisa dihentikan tiba-tiba, begitu terjadi akan memberikan dampak ke seluruh dunia karena ini adalah dua ekonomi terbesar di dunia," jelas Darmin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com