Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Tiket Pesawat Mahal karena Ada Kartel?

Kompas.com - 26/01/2019, 10:20 WIB
Akhdi Martin Pratama,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tudingan adanya kartel dalam kenaikan harga tiket pesawat kembali menyeruak. Kali ini, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia yang mengendus adanya hal tersebut.

Mulanya, dugaan adanya indikasi kartel dikemukakan oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Saat ini, KPPU tengah melakukan penelitian mengenai hal tersebut.

Dalam melakukan penelitiaanya, KPPU mengacu pada Pasal 5 ayat 1 UU Nomor 5/1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Pasal tersebut menyebutkan, pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk menetapkan harga atas suatu barang dan atau jasa yang harus dibayar oleh konsumen atau pelanggan pada pasar bersangkutan yang sama.

Baca juga: KPPU: Perkara Kenaikan Tarif Tiket Pesawat Masuk Tahap Penelitian

"Untuk yang tarif tiket pesawat itu sudah sepekan lalu tim sudah bekerja, tapi untuk yang kargo per hari ini," ujar Komisioner KPPU Guntur Saragih di kantornya, Senin (21/1/2019).

Sementara itu, YLKI juga menduga ada permainan kartel dalam kenaikan harga tiket pesawat.

"Saya menduga memang ada kartel atau oligopoli karena melibatkan dua perusahaan besar," ujar Ketua Harian YLKI Tulus Abadi di Jakarta, Jumat (25/1/2019).

Tulus mengaku telah dipanggil dewan pertimbangan presiden bersama Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) untuk membahas mengenai kenaikan harga tiket pesawat.

Berdasarkan hasil pengamatannya, kuat dugaan memang ada permainan kartel dalam kenaikan harga tiket pesawat.

"Saya kira dugaan itu (adanya kartel) sah dan cukup absah, karena pertama, itu bisa ditenggarai dengan mereka jumpa pers bersama menurunkan bersama, sehingga ada dugaan itu," kata Tulus.

Menurut Tulus, membicarakan soal tarif antar para maskapai merupakan hal yang tabu. Atas dasar itu, dia menilai konferensi pers yang digelar para maskapai secara bersamaan untuk menurunkan harga tiket pesawat merupakan sebuah keanehan.

"Ini kan aneh bin ajaib, artinya dugaan terhadap praktik tidak sehat menjadi sangat tinggi walaupun mereka belum menyundul tarif batas atas. Tapi menyundul atau tidak, fenomena ke arah sana jadi sangat besar. Sebenarnya mereka adakan jumpa pers bersama itu jadi blunder karena tidak boleh bicara tarif bersama-sama," ucap dia.

Bantahan Garuda

Direktur Utama Garuda Indonesia Ari Akhsara mengakui perusahaannya lah yang pertama kali menaikan harga tiket pesawat.

Menurut dia, setelah Garuda Indonesia menaikan tarif, maskapai lainnya ikut menaikan harga tiket pesawatnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com