Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Susi: Konsumsi Makan Orang Indonesia Harus Berkualitas

Kompas.com - 27/01/2019, 12:26 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan, perang yang akan dihadapi setiap bangsa nantinya bukan lagi perang politik dan ideologi. Ke depan, perang mengenai ketahanan pangan dan energi telah menanti.

Oleh karena itu, kata Susi, ikan menjadi komoditas penting dalam mempersiapkan perang ini, baik ikan hasil tangkapan laut atau perairan lainnya, maupun hasil budidaya.

“Kalau kita mau menjadi bangsa besar yang mampu bersaing di era globalisasi yang sudah tak ada sekat dan batasan, sudah tidak ada garis demarkasi lagi antara people movement, business movement, dan technology. Maka konsumsi makanan orang Indonesia harus berkualias,” ujar Susi dalam keterangan tertulis, Minggu (27/1/2019).

Baca juga: Susi: Pemilik Kapal Ikan Tak Berizin Siap-siap Dipermalukan

 

Menurut Susi, meski zaman berubah dan teknologi terus berkembang, ikan akan terus dibutuhkan sebagai bahan makanan. Intelegensi manusia dituntut semakin luar biasa ke depannya.

Bahan konsumsi yang baik seperti halnya ikan sangat berperan dalam pembentukan manusia yang berkualitas.

“Konsumsi makan orang Indonesia harus berkualitas. Bukan sekadar beras, jagung, karbo… karbo… karbo... We need more than just carbohydrate," kata Susi.

Sesuatu yang dapat meningkatkan kapasitas intelektual dan intelegensi kita, yaitu protein dan omega. Dan itu ada di ikan,” lanjut dia.

Baca juga: Menteri Susi Sebut Tak Perlu Modal Besar untuk Bisnis Perikanan

Berdasarkan data World Health and Seafood Congress, dalam 100 gram ikan terdapat 210 Omega 3 yang baik bagi perkembangan mata, otak, dan jaringan syaraf lainnya. Susi mengatakan, ikan menjadi pilihan sumber protein hewani yang lebih baik dibandingkan daging.

Selain harganya jauh lebih murah, ikan juga tidak mengandung trigliserida dan lemak jahat seperti halnya yang terdapat pada daging. Oleh karena itu, ia mengharapkan ikan dijadikan substitusi suplemen untuk rakyat.

“Saya ingin ikan menjadi sebuah makanan wajib di setiap rumah because it is cheaper, because it is healthier, and the omega is very important for the brain development of our people,” kata Susi.

Baca juga: Tanggapan Menteri Susi Setelah Dikritik Nelayan di Hadapan Jokowi

Pembangunan institusi pendidikan harus dibarengi dengan peningkatan IQ sebagai material mentah dalam pembangunan manusia. Oleh karena itu, kata Susi, masyarakat harus mengonsumsi makanan yang dapat membantu pengembangan kapasitas otak.

Hal ini penting untuk menciptakan generasi bangsa yang lebih aktif, gesit, dan cepat dengan skill, motorik, dan generik yang mumpuni.

Senada dengan hal ini, KKP terus mengampanyekan Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan). Tujuannya, mendorong angka konsumsi ikan di masyarakat yang masih tergolong rendah.

 

Tahun 2019 ini, KKP menargetkan peningkatan angka konsumsi ikan nasional menjadi 54,46 kilogram perkapita, lebih besar dibandingkan target tahun lalu sebesar 50,65 kilogram perkapita yang terealisasi sebesar 50,69 kilogram perkapita.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Konsorsium Hutama Karya Garap Proyek Trans Papua Senilai Rp 3,3 Triliun

Konsorsium Hutama Karya Garap Proyek Trans Papua Senilai Rp 3,3 Triliun

Whats New
Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Work Smart
Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

BrandzView
Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Whats New
Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Whats New
Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Whats New
Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Whats New
Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Whats New
Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Whats New
Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Whats New
Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Signifikansi 'Early Adopters' dan Upaya 'Crossing the Chasm' Koperasi Multi Pihak

Signifikansi "Early Adopters" dan Upaya "Crossing the Chasm" Koperasi Multi Pihak

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com